Menu

Aussie Diseret Carry Trade, Apa Yang Akan RBA Lakukan?

A Muttaqiena

Dolar Australia naik lagi hari ini setelah digenjot oleh pemotongan RRR People's Bank of China (PBOC). Status China yang secara luas dianggap sebagai dinamo pertumbuhan Australia tidak diragukan lagi merupakan alasan mengapa Aussie melangit begitu ada kabar yang dinilai positif dari China. Ditambah dengan bangkitnya carry trade, berita-berita ini seolah mencegah Aussie turun. Padahal, bank sentral Australia telah lama memandang buruk apresiasi mata uangnya.

Dolar Australia naik lagi hari ini setelah digenjot oleh pemotongan RRR People's Bank of China (PBOC). Status China yang secara luas dianggap sebagai dinamo pertumbuhan Australia tidak diragukan lagi merupakan alasan mengapa Aussie melangit begitu ada kabar yang dinilai positif dari China. Ditambah dengan bangkitnya carry trade, berita-berita ini seolah mencegah Aussie turun. Padahal, bank sentral Australia telah lama memandang buruk apresiasi mata uangnya.


Carry Trade

Sidney Morning Herald pagi ini (20/4) memberitakan bahwa para peminjam dana dalam Yen dan Euro untuk membeli Dolar Australia telah mendapatkan profit 1.6% bulan ini, meski strategi yang sama menghasilkan kerugian pada kuartal pertama 2015. Ini karena, "Di dunia yield nol dan negatif, Aussie menonjol sebagai raja --atau bila bukan raja, maka setidaknya anggota keluarga kerajaan," kata Robert Rennie dari Westpac pada SMH, "Carry (trade) akan berada disini hingga beberapa waktu ke depan."

Carry trade mengacu pada tindakan "menjual" mata uang bersuku bunga rendah dan "membeli" mata uang lain yang bersuku bunga lebih tinggi guna memperoleh profit dari selisih suku bunga tadi. Dalam kasus Dolar Australia kali ini, perusahaan-perusahaan finansial meminjam uang selama sebulan dalam bentuk Euro dan Yen di pasar internasional, dan kemudian menggunakan dana tersebut untuk membeli obligasi pemerintah 10-tahunan Australia dengan yield 2.35%. Reserve Bank of Australia (RBA) telah menyoroti masalah ini, dimana maraknya pembelian obligasi mendorong apresiasi Dolar Australia; dan sebaliknya malah akan mempersulit eksportir lokal yang membutuhkan Aussie terdepresiasi agar bisa menanggulangi jatuhnya harga bijih besi, komoditas ekspor terbesar negeri itu. Namun, Dolar Australia justru mengarah ke gain terkuat dua pekan dalam setahun setelah yield obligasi Jerman merosot ke wilayah negatif.

Investor asing kini memegang 67% total obligasi negara Australia, menurut Barclays yang menyebut level itu sangat tinggi. Diantaranya, investor asal Jepang dan Eropa paling menonjol karena suku bunga Australia yang lebih menarik ketimbang suku bunga Jepang atau Eropa yang nyaris nol. Pembelian investor Jepang saja tercatat mencapai 345 milyar Yen ($3.7milyar) dalam bulan Februari.

Tingginya permintaan akan aset-aset berdenominasi Dolar Australia merupakan masalah tersendiri bagi Gubernur RBA, Glenn Stevens yang telah bolak-balik men-jawboning Aussie sejak 2014 tetapi diabaikan oleh mata uang tersebut. RBA mengambil tindakan pertama kalinya pada Februari kemarin dengan memangkas suku bunga acuan ke angka 2.25%, tetapi nampaknya carry trade masih saja marak gara-gara besarnya selisih suku bunga Australia dengan Yen dan Euro.

Jawboning Atau Pangkas Bunga?

Kebangkitan kembali carry trade tentunya menambah pusing Glenn Stevens yang berupaya melemahkan Dolar Australia. Akhir tahun lalu, ia telah mengidentifikasi level 75 USD sebagai nilai tukar pilihannya, sebelum harga bijih besi anjlok ke bawah level 50USD per ton. Namun saat harga bijih besi rendah saat ini, Aussie justru diperdagangkan di level 77-78USD. Hal ini kemungkinan akan menjadi bahan pertimbangan Stevens saat rapat suku bunga RBA bulan Mei; apakah level Aussie saat ini tidak masalah bagi ekonomi Australia, ataukah lebih baik ditekan lagi dengan jawboning atau pemangkasan suku bunga kedua.

Sebelum saat itu tiba, perlu diperhatikan bahwa pekan ini akan ramai dengan kabar terkait negeri Kanguru. Glenn Stevens dijadwalkan akan berbicara di sebuah jamuan makan siang yang diadakan Goldman Sachs di New York hari ini. Ia mungkin akan memberikan petunjuk tentang langkah apa yang akan diambil pada bulan Mei. Pada hari Selasa, rilis notulen RBA akan dirilis. Sedangkan pada Rabu pagi, giliran data inflasi Australia kuartal pertama dipublikasikan. Perlu dicatat bahwa rilis data inflasi kerap menimbulkan spekulasi terkait suku bunga. Terakhir, data PMI China (flash) akan dirilis hari Kamis, dan meski dampaknya mungkin relatif rendah tetapi tetap layak diperhatikan.


Editorial Forex Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE