Menu

Brexit Diproyeksikan Pukul Harga Minyak, Reli Terhenti

A Muttaqiena

Reli harga minyak terhenti di perdagangan sesi Asia hari ini. Meskipun referendum Brexit tak memiliki hubungan langsung dengan harga minyak, tetapi sejumlah analis menilai bahwa valuasi komoditas ini bisa terpukul apabila Inggris keluar dari Uni Eropa.

Reli harga minyak terhenti di perdagangan sesi Asia hari ini (21/6) setelah sempat menanjak selama dua hari sebelumnya ketika kekhawatiran terkait kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa melonggar. Pasalnya, data-data terbaru menunjukkan tingginya produksi minyak Arab Saudi dan Iran. Apalagi, dengan referendum Brexit akan digelar pada hari Kamis mendatang, partisipan pasar kembali mencemaskan dampak bagi minyak apabila jumlah pemilih yang ingin keluar dari UE ternyata unggul di hari H.

 

Saudi, Iran Kembali Berlomba Genjot Produksi

Harga minyak WTI ditutup naik nyaris 3% kemarin pada harga $49.96, tetapi kemudian melandai ke $49.39 saat berita ini diangkat. Demikian pula Brent yang sempat mencapai $50.65 di penutupan pasar sebelumnya, turun ke $50.42 pagi ini. Kerisauan akan surplus kembali membayangi pasar setelah drilling rigs di Amerika Serikat terpantau meningkat dan dua negara pokok OPEC lagi-lagi memompa output mereka.

Data resmi yang dirilis hari Senin menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah Arab Saudi pada bulan April jatuh dari 7.541 juta bph ke 7.444 juta bph. Meski demikian, produksi negara paling dominan di OPEC ini masih berada pada level tinggi. Di bulan yang sama, Arab Saudi memproduksi 10.262 juta bph, lebih besar dibanding 10.224 juta bph pada periode sebelumnya.

Kantor berita menteri perminyakan Iran pun mengabarkan bahwa mereka telah meningkatkan kapasitas ekspor minyak mentahnya di terminal utama Pulau Kharg agar bisa mengunggah delapan tanker sekaligus.

 

Brexit Bakal Berdampak Negatif Pada Harga Minyak

Sementara itu, meskipun referendum Brexit tak memiliki hubungan langsung dengan harga minyak, tetapi sejumlah analis menilai bahwa valuasi komoditas ini bisa terpukul apabila Inggris keluar dari Uni Eropa. Menurut OilPrice.com, ada beberapa alasan yang mendasari kekhawatiran tersebut.

Pertama, Brexit menciptakan bayang-bayang ketidakpastian besar bagi pasar finansial, utamanya untuk aset-aset berisiko tinggi. Kedua, perekonomian Eropa yang sudah loyo selama bertahun-tahun bisa terpukul akibat retaknya perpolitikan setempat, sehingga permintaan akan minyak bisa tertekan.

Ketiga, keluarnya Inggris dari UE bisa berimplikasi pada depresiasi Pound dan Euro, serta menguatnya Dolar AS. Padahal, apresiasi Greenback memiliki efek menekan harga minyak. Sebagaimana dikatakan oleh Doug King dari RMCA Asset Management pada Wall Street Journal, "Jika Brexit (sungguh terjadi), maka gambaran makro akan cukup bearish bagi minyak dan dolar akan menguat -itu adalah resep untuk koreksi (harga)."

Dengan kata lain, apabila Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa pekan ini, maka harga minyak berpotensi jatuh.

 


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE