Menu

Digenjot Pelemahan Dolar, Harga Minyak Terus Melonjak

A Muttaqiena

Harga minyak terus reli pada hari Kamis hingga perdagangan pagi ini (4/29) membawa WTI dan Brent ke puncak harga tertinggi dalam enam bulan terakhir, mengabaikan himbauan analis yang memperingatkan adanya banyak ranjau bearish di tengah lemahnya fundamental pasar komoditas energi.

Harga minyak terus reli pada hari Kamis hingga perdagangan pagi ini (4/29) membawa WTI dan Brent ke puncak harga tertinggi dalam enam bulan terakhir, mengabaikan himbauan analis yang memperingatkan adanya banyak ranjau bearish di tengah lemahnya fundamental pasar komoditas energi. Pelemahan Dolar AS akibat anjloknya GDP kuartal pertama negeri Paman Sam ditengarai memberikan energi ekstra bagi emas hitam.


Pasokan minyak global masih surplus dan berdasarkan laporan EIA terakhir pun persediaan minyak Amerika Serikat tetap berada dalam level tinggi, tetapi menurut laporan The Wall Street Journal, banyak trader meyakini pasar minyak telah bergerak menuju fase penyeimbangan. Harapan tersebut didukung oleh penurunan produksi minyak AS dan terjadinya gangguan berkala pada jalur suplai di seluruh dunia. Keyakinan tersebut makin membubung setelah penurunan Dolar di pasar valas tadi malam mendorong penguatan harga-harga komoditas.

Dolar melemah terhadap mayoritas mata uang lainnya karena data GDP menunjukkan perekonomian Amerika di kuartal I/2016 bertumbuh 0.5% QoQ, laju paling lambat dalam dua tahun terakhir. Pelemahan Dolar membuat harga komoditas menjadi lebih murah bagi pengguna mata uang lain, sehingga di saat yang sama harga-harga minyak, emas, tembaga, aluminium, dan komoditas metal lainnya melejit.

WTI untuk pengiriman Juni di New York Mercantile Exchange naik 1.5% ke $46.03 per barel. Sedangkan harga acuan internasional Brent melompat 2% ke $48.14 di Intercontinental Exchange. Keduanya kini berada pada level harga tertinggi sejak 4 November 2015.

Data yang dirilis oleh Departemen Energi AS pada hari Rabu menunjukkan bahwa meskipun persediaan minyak masih tinggi, tetapi produksi minyak mentah AS menurun untuk pekan ketujuh berturut-turut, sehingga pada paruh kedua tahun 2016 kemungkinan permintaan akan minyak di AS bisa melebihi pasokan yang ada.

Namun demikian, para analis enggan menggeser proyeksi mereka tentang masa depan harga karena surplus minyak dunia dinilai masih melimpah. Survei Wall Street Journal pada 13 bank investasi terkemuka menyebutkan bahwa mereka memperkirakan harga minyak mentah Brent tahun ini akan berada pada rerata $41 per barel, hanya naik satu dolar dari hasil survei bulan Maret; sedangkan rerata harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diproyeksikan tetap pada $39.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE