Menu

Dolar AS Masih Tersokong Hawkishnya Notulen FOMC Di Sesi Eropa

N Sabila

Dolar AS masih lanjut beredar di level tinggi tujuh minggu terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Eropa Jumat (20/05) sore hari ini. Diperbaruinya eskpektasi tentang kenaikan tingkat suku bunga AS yang diperkirakan akan terlaksana pada bulan depan menjadi faktor utama menguatnya Dolar.

Dolar AS masih lanjut beredar di level tinggi tujuh minggu terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Eropa Jumat (20/05) sore hari ini. Diperbaruinya eskpektasi tentang kenaikan tingkat suku bunga AS yang diperkirakan akan terlaksana pada bulan depan menjadi faktor utama menguatnya Dolar.


Terhadap Euro, Dolar AS sedikit melemah, dengan EUR/USD yang naik tipis 0.14 persen ke harga 1.1217, setelah sejumlah laporan indikator ekonomi dari Zona Euro. Kendati demikian, pair tersebut masih ditutup di level rendah tujuh pekan di angka 1.1180. Sedangkan terhadap Franc Swiss, Dolar tampak stabil dimana USD/CHF di angka 0.9910. Terhadap Yen, Dolar AS sukes meneruskan kejayaan dengan kenaikan 0.28 persen meuju level 110.26, hanya sedikit di bawah level puncak 110.37.

"Kami melihat betapa besar peruabahan pandangan di pasar pasca kebijakan The Fed menyusul komentar sejumlah pejabat Federal Reseve dalam risalah rapat yang sangat hawkish," kata Ulrich Leuchtmaan, Kepala Ahli Strategi, Commerzbank AG di Frankfurt. "Sejauh ini, FOMC cenderung menginterpretasikan data dengan waspada. Sekarang mereka menginterpretasikan data dalam pandangan optimis. Ini merupakan perubahan yang besar."


Inggris Dan Pandangan Pejabat BoE Tentang Brexit

Terhadap Poundsterling, Dolar AS tampak unggul, dengan GBP/USD yang menurun 0.35 persen ke angka 1.4560. Di Inggris, para pejabat BoE ramai-ramai menunjukkan pandangan dovish. Gertjan Vlieghe kemarin mengatakan bahwa Bank Sentral Inggris seharusnya menyediakan lebih banyak stimulus kepada perekonomian Inggris apabila pemulihan pertumbuhan tidak berjalan sesuai perkiraan, tepatnya setelah referendum Brexit bulan Juni.

Vlieghe yang berbicara di London Business School, mengatakan bahwa pertumbuhan Inggris tlah melambat sejak level tinggi di tahun 2014 dan sulit untuk mengatakan bahwa perlemahan yang terjadi akhir-akhir ini merupakan akibat dari referendum Brexit nanti. Pada pekan lalu, BoE mengatakan bahwa pertumbuhan akan melemah dan inflasi akan melonjak jika Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa. Namun, ada pula kemunduran tertentu jika hasilnya memenangkan suara untuk tetap tinggal di Uni Eropa.

Selain Vlieghe, ada pula Kristin Forbes, pejabat BoE yang juga menunjukkan pandangannya tentang Brexit. Data-data ekonomi Inggris yang melemah akhir-akhir ini menurut Forbes merupakan dampak dari ketidakpastian Brexit. Akan tetapi, wanita ini mengaku kesulitan untuk memperediksi hasil referendum dan bagaimana kondisi Inggris pasca referendum.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE