Menu

Euro Terjegal Data Ekonomi Tiongkok, Ada Apa Dengan China?

N Sabila

Euro tergelincir terhadap Dolar AS dan Yen di penghujung sesi Asia sore hari ini. Mata uang tersebut terpengaruh oleh data ekonomi China yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Saat ini, China merupakan negara ekonomi terbesar dunia. EUR/USD terperosok 0.20% ke 1.2939, kembali mendekati level rendah 14 bulan di 1.2858.

Euro tergelincir terhadap Dolar AS dan Yen di penghujung sesi Asia sore hari ini. Mata uang tersebut terpengaruh oleh data ekonomi China yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Saat ini, China merupakan negara ekonomi terbesar dunia. Belakangan ini, hubungan perdagangan antara Euro dan China makin erat. Sejauh ini, Euro mengimpor barang dari China, sementara China mengekspor ke Euro, sehingga keadaan ekonomi keduanya cukup saling mempengaruhi.

ilustrasi lambatnya ekonomi China


EUR/USD
terperosok 0.20% ke 1.2939, kembali mendekati level rendah 14 bulan di 1.2858. Di samping itu, permintaan terhadap Dolar AS tengah tinggi menjelang hasil rapat FOMC yang akan diumumkan pada Kamis mendatang.

Ada Apa Dengan China?

Sentimen pasar terpukul akibat data pada hari Sabtu lalu yang menunjukkan bahwa output industri China tengah melambat tajam bulan lalu. Ditambah lagi dengan laporan lain yang menunjukkan bahwa penjualan retail dan investasi aset tetap yang juga menunjukkan gejala yang sama.

Produksi pabrikan China hanya naik sebanyak 6.9% secara anual pada bulan Agustus. Data tersebut merupakan yang terlamban sejak bulan Maret tahun 2009, karena pada bulan Juli, kenaikan mencapai 9.0%.

Beberapa indikator ekonomi penting Tiongkok memang sedang menunjukkan performa yang beragam. Pertama, dari segi neraca perdagangan, Tiongkok memang mengalami surplus, dan impornya pun mengalami penurunan. Akan tetapi permintaan domestiknya lesu sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh pada tingkat GDP-nya. Jika permintaan dari China berkurang, maka ekspor Australia pun hanya tinggal menunggu waktu untuk ikut terseret jatuh.

Kedua, inflasi China, baik indeks harga konsumen maupun indeks harga produsennya tercatat mengalam tekanan. Bahkan, PPI China menurun hingga 1.1%, lebih rendah daripada ekspektasi penurunan 0.9%. Menurut para analis, hal ini membuka ruang bagi bank sentral China (PBoC) untuk kembali menambah stimulus demi mendorong pertumbuhan dan level harga.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE