Menu

Gangguan Produksi Berlanjut, Harga Minyak Merayap Dekati 50 Dolar

A Muttaqiena

Harga minyak perlahan kembali merayap menuju $50 seiring dengan berlanjutnya berbagai gangguan produksi di seluruh dunia. Sementara itu, American Petroleum Institute (API) dini hari tadi melaporkan bahwa persediaan minyak Amerika Serikat anjlok dalam jumlah besar.

Harga minyak perlahan kembali merayap menuju $50 seiring dengan berlanjutnya berbagai gangguan produksi di seluruh dunia. Sementara itu, American Petroleum Institute (API) dini hari tadi melaporkan bahwa persediaan minyak Amerika Serikat anjlok dalam jumlah besar karena kuatnya permintaan energi domestik serta masih rendahnya kiriman Kanada pasca kebakaran di pusat minyak Alberta.

Harga minyak mentah berjangka AS terpantau naik hingga kisaran $49.24 per barel pada sesi Asia pagi ini (5/25), angka tertinggi sejak pertengahan Oktober 2015. Harga acuan internasional Brent pun menjulang ke $49.16 per barel.

API menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan sebesar 5.1 juta barel hingga tersisa total 536.8 juta barel saja. Besaran penurunan tersebut dua kali lipat lebih besar ketimbang perkiraan analis yang disurvei Reuters, dan ditengarai disebabkan oleh penurunan impor dari Kanada serta penguatan ekonomi AS yang mengakibatkan meningkatnya konsumsi BBM. Meskipun beberapa produsen minyak mentah telah memulai aktivitas normalnya pasca kebakaran di salah satu wilayah pusat minyak Kanada, tetapi nampaknya dibutuhkan waktu untuk level output kembali ke tingkat yang sama sebelum kebakaran hebat melanda.

Gangguan produksi di negara-negara lain pun masih berlanjut. Citigroup Inc pada hari Selasa menyatakan perkiraan bahwa minyak Brent akan capai $50 pada kuartal ketiga tahun 2016, padahal sebelumnya mereka menyebutkan Brent baru akan menginjak level harga tersebut pada kuartal keempat. Menurut analis Citigroup dalam catatan mereka, "Di Nigeria, Venezuela, Libya, dan beberapa negara lainnya, ancaman gangguan produksi nampaknya meningkat, bukannya menurun."

Gangguan produksi di beberapa lokasi kemungkinan hanya akan berlangsung sementara saja, misalnya produksi Kanada yang pulih bertahap serta ekspor Libya yang bisa kembali lancar berkat dukungan PBB. Namun, The Wall Street Journal mengutip catatan dari Protection Group International Ltd yang melaporkan bahwa produksi Nigeria, yang telah ambruk ke level terendah setelah serangkaian serangan pada pipa-pipa minyak, diperkirakan masih akan mengalami gangguan parah hingga setidaknya 12 bulan ke depan.

Para trader kini tengah menantikan data persediaan minyak AS versi EIA yang akan dipublikasikan nanti malam, untuk mendapatkan konfirmasi mengenai perkiraan bahwa persediaan minyak negeri Paman Sam telah jatuh, juga tentang apakah permintaan minyak benar-benar telah menguat.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE