Menu

Harga Emas Merangkak Naik, Pasca Rilis Data Perdagangan Tiongkok

Utari

Harga emas di sesi perdagangan Asia pada hari Rabu ini (13/07) merangkak naik dengan para investor yang masih menantikan rilis data perdagangan Tiongkok. Saat berita ini diturunkan, XAU/USD berada di kisaran level harga 1,338 dolar AS.

Harga emas di sesi perdagangan Asia pada hari Rabu ini (13/07) merangkak naik seiring dengan adanya rilis data neraca perdagangan Tiongkok yang mengalami penurunan dari sebelumnya . Saat berita ini diturunkan, XAU/USD berada di kisaran level harga 1,342 dolar AS.

 

Sementara itu, pada Comex New York Mercantile Exchange, harga emas futures untuk pengiriman bulan Agustus mengalami kenaikan sebesar 0.32 persen ke level harga 1,342 dolar AS per troy ons.

Sedangkan harga perak futures untuk pengiriman bulan September naik ke level harga 20.41 dolar AS per troy ons dan harga tembaga futures untuk pengiriman bulan Sepetember naik sangat signifikan sebesar 2.46 persen ke level harga 2.267 dolar AS per pound.

Rilis Data Neraca Perdagangan Tiongkok

Data neraca perdagangan Tiongkok bulan Juni manunjukkan adanya surplus menjadi 48.11 miliar dolar AS, jumlah ini menurun tipis dari sebelumnya surplus senilai 49.98 miliar dolar AS. Sementara itu, ekspor di negara China secara YoY juga melandai dari -4.1 menjadi -4.8 persen dan impor secara YoY bulan Juni menurun tajam menjadi -8.4 persen dari sebelumnya -0.4 persen.

Selama sesi perdagangan hari Selasa malam kemarin, emas turun tajam ditengah-tengah para investor yang mengabaikan resiko dan indeks saham Dow Jones Industrial Average yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Kondisi tersebut selanjutnya mempengaruhi permintaan emas sebagai aset safe haven menurun.

Pidato James Bullard Terkait Kenaikan Suku Bunga AS

Sementara itu, Presiden the Fed St. Louis, James Bullard juga menegaskan posisinya bahwa kondisi perekonomian terkini memerlukan the Fed untuk segera menaikkan tingkat suku bunga jangka pendek hanya satu kali dalam dua tahun ke depan.

Ketika memberikan pidatonya di St. Louis, James Bullard menyatakan kurva yield yang flat dari turunnya yield obligasi jangka panjang AS tidak selalu berarti sebuah sinyal akan adanya resesi. Pada beberapa
waktu lalu yakni setelah keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, obligasi pemerintah AS mengalami penurunan tajam ke level rendahnya.

Dengan mengabaikan pernyataan dovish James Bullard, beberapa analis dari Goldman Sahs Group Inc (NYSE:NYSE:GS) mengatakan, mereka masih akan terus mengantisipasi FOMC akan kembali menaikkan suku bunga setelah menguatnya data dari pasar ketenagakerjaan di AS untuk bulan Juni.

Seperti yang sudah diketahui, para investor yang cenderung bullish terhadap emas lebih menyukai pengetatan kebijakan moneter oleh the Fed. Selain itu, logam mulia emas sebagai aset yang tidak berhubungan langsung terhadap tingkat suku bunga AS akan bersaing ketat dengan aset berimbal balik bunga dalam tren suku bunga tinggi.


Berita Emas Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE