Menu

Irak Ogah Pangkas Produksi, Harga Minyak Goyah

A Muttaqiena

Baker Hughes melaporkan terjadianya peningkatan jumlah drilling rigs di Amerika Serikat dan Irak menyatakan keengganannya untuk bergabung dalam kesepakatan pemangkasan output OPEC.

Seputarforex.com - Harga minyak kembali tumbang pada perdagangan berjangka Senin pagi ini (24/10) setelah Baker Hughes melaporkan terjadianya peningkatan jumlah drilling rigs di Amerika Serikat dan Irak menyatakan keengganannya untuk bergabung dalam kesepakatan pemangkasan output OPEC. Saat berita ini diturunkan, harga acuan Brent diperdagangkan pada harga $51.59, sedangkan WTI berada di kisaran $50.63 per barel.

 

Takkan Memundurkan Produksi

Pada hari Minggu, pejabat tinggi Irak mengungkapkan bahwa produksi minyaknya saat ini berada pada level 4.774 juta bph, dengan ekspor aktif 3.87 juta bph. Dengan posisi produksi sebesar itu, pimpinan State Oil Marketing Company Irak, Falah Al Amri, menyatakan, "Kami takkan mundur dengan cara apapun, tidak dengan (kehendak) OPEC atau siapapun."

Akhir bulan September lalu, OPEC merencanakan sebuah kesepakatan pemangkasan output yang dijadwalkan akan difinalisasi pada rapat resminya tanggal 30 November mendatang. Berdasarkan rencana itu, sedianya OPEC bakal memangkas produksi dari 33.39 juta bph di bulan September ke kisaran 32.50-33.0 juta bph. Namun, kesepakatan tersebut akan sulit dicapai bila Irak yang merupakan produsen minyak terbesar kedua OPEC setelah Arab Sausi, menolak untuk berpartisipasi.

Lebih lanjut, menurut analisa dari ANZ Bank, "Komentar Irak di akhir pekan bahwa mereka bisa jadi tidak bergabung dengan persetujuan OPEC untuk memangkas produksi bisa menyebabkan harga minyak berada di bawah tekanan pada sesi perdagangan hari ini."

 

Penambangan Berlanjut, Permintaan Menyusut

Turut menekan pasar minyak juga adalah laporan bahwa sumur pengeboran minyak AS bertambah sebanyak 11 pekan lalu ke angka total 443. Ini merupakan kenaikan ke-17 kali berturut-turut, sekaligus menandai peningkatan dua digit pertama jumlah rigs sejak bulan Agustus. Sebelumnya sudah banyak pakar memproyeksi produksi AS akan kembali bangkit seiring dengan posisi harga minyak yang menanjak di atas $50 per barel.

Di sisi lain, penguatan Dolar AS memunculkan asumsi akan menciutnya permintaan minyak karena hal itu bakal membuat komoditas ini bagi negara-negara pengguna mata uang lain. Proyeksi penurunan tersebut diperparah pula oleh laporan pagi ini tentang jatuhnya impor minyak mentah Jepang sebanyak 4.6% YoY di bulan September ke angka 3.27 bph.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE