Menu

Kuroda Jadi Gubernur BoJ Lagi, Yen Jepang Tetap Meninggi

A Muttaqiena

Penunjukan ulang Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur BoJ mengindikasikan Jepang akan mempertahankan kebijakan moneter longgar dan melemahkan nilai Yen.

Seputarforex.com - Akhir pekan lalu, Perdana Menteri Shinzo Abe kembali menominasikan Haruhiko Kuroda untuk kembali menjadi Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) untuk lima tahun lagi setelah masa jabatannya usai pada 8 April 2018 mendatang. Kabar tersebut mengindikasikan Jepang akan terus mempertahankan kebijakan moneter longgar dan melemahkan nilai tukar. Namun, pada perdagangan sesi Asia hari Senin ini (19/Februari), Yen masih menekan Dolar AS di level terendah 16 bulan.

 

Formasi Dewan Kebijakan Sangat Dovish

Penunjukan kembali Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur BoJ disertai dengan penunjukan Masayoshi Amamiya dan Masazumi Wakatabe sebagai Deputi Gubernur. Kuroda dan Amamiya merupakan arsitek kebijakan moneter longgar Jepang saat ini yang ditujukan untuk menggenjot kembali inflasi, sedangkan Wakatabe termasuk salah satu profesor yang mempromosikan kebijakan stimulus. Dengan demikian, ini memunculkan kembali keyakinan bahwa Jepang masih akan mempertahankan stimulus moneter masif.

Formasi Dewan Kebijakan Moneter BoJ per April 2018 menampilkan profil yang sangat berat di sisi dovish . Hanya dua dari sembilan anggota yang berpandangan "agak hawkish".



"Pilihan (menunjuk kembali Kuroda) mengarah pada keberlanjutan kebijakan, dengan pesan implisit bahwa Jepang akan melakukan apa saja yang dibutuhkan untuk me-reflasi perekonomian, meskipun bank-bank sentral mayor lainnya mulai menarik stimulus mereka," kata Yuki Masujima dari Bloomberg Economics.

Selain itu, ia menilai nominasi dini ini (karena masa jabatan Kuroda baru akan berakhir April), menyiratkan keinginan PM Abe untuk menghentikan apresiasi nilai tukar Yen sesegera mungkin. Ungkapnya, "Langkah ini bisa bekerja semacam intervensi sembunyi-sembunyi di pasar forex yang super-volatile, mengatasi penguatan Yen untuk menjaga inflasi agar tetap dalam jalur menuju target 2 persen."

 

Ekspor Jepang Terus Meningkat

Terlepas dari komitmen para pejabat Jepang, Yen masih tetap kuat versus Dolar AS pada awal perdagangan sesi Asia hari Senin ini (19/Februari). USD/JPY diperdagangkan -0.08% di kisaran 106.19; level terendah sejak November 2016. Sedangkan GBP/JPY dan EUR/JPY masing-masing nyaris flat di kisaran terendah dua bulan pada 131.98 dan 149.17.

Permintaan akan Yen didukung oleh minat penghindaran risiko menyusul gejolak pasar modal yang mencuat pada awal Februari, serta meningkatnya ketegangan yang dipicu Amerika Serikat. Pada akhir pekan, merebak rumor bahwa AS tengah mempertimbangkan bea impor atas impor logam, khususnya besi. China mengancam akan melakukan aksi balasan, apabila bea semacam itu benar-benar diberlakukan.

Sementara itu, pemulihan ekonomi Jepang yang sempat diragukan karena data GDP kuartal IV/2017 memburuk, mendapatkan secercah harapan karena data Neraca Perdagangan Jepang bulan Januari yang dirilis tadi pagi menunjukkan perbaikan. Ekspor melonjak 12.2% YoY, jauh melampaui ekspektasi yang dipatok pada 10.3% maupun pencapaian 9.3% di periode sebelumnya. Neraca Dagang Jepang secara umum berbalik dari surplus 359 Milyar di bulan Desember menjadi defisit 943 Milyar di bulan Januari, tetapi lebih baik dibanding defisit 1.002 Milyar yang diekspektasikan sebelumnya.

Yuichi Kodama, pimpinan ekonom di Meiji Yasuda Life Insurance Co, mengatakan pada Bloomberg, "Kita harus lebih berfokus pada tren ekspor daripada neraca dagang untuk mendapatkan ide mengenai pertumbuhan ekonomi, dan dalam hal ini Jepang dalam kondisi baik. Ekspor bertumbuh dalam nilai maupun volume, sehingga kita bisa mengatakan bahwa kita melihat hasil yang bagus."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE