Menu

Mata Uang Negara Berkembang Dalam Pekan Terbaik, Menghijaunya Saham

N Sabila

Mata uang negara-negara berkembang melesat menuju perolehan terbesar mingguannya. Rupiah, Rubel Rusia, dan Ringgit Malaysia tercatat sebagai penampil terbaik dengan penguatan mencapai 7 persen terhadap Dolar AS.

Mata uang negara-negara berkembang melesat menuju perolehan terbesar mingguannya. Indeks Bloomberg, yang merekam jejak nilai tukar 20 negara mata uang negara berkembang mencatat adanya kenaikan hingga 3.3 persen pekan ini, pulih dari pelemahan kuartalannya yang terparah sejak tahun 2011.


Rupiah, Rubel Rusia, dan Ringgit Malaysia tercatat sebagai penampil terbaik dengan penguatan mencapai 7 persen terhadap Dolar AS. Penguatan tersebut terutama didorong oleh masuknya kembali arus modal yang sempat keluar ketika spekulasi seputar kenaikan suku bunga AS berkembang. Pengukuran MSCI terhadap bursa negara-negara berkembang menyebutkan, telah terjadi pekan terbaik di hampir empat tahun terakhir karena pendanaan global sebanyak 1.2 miliar Dolar AS telah dipompakan ke dalam saham-saham Brazil, India, Indonesia, Korea Selatan, Thailand, dan Taiwan.

Mundurnya Perkiraan Pelaksanaan Kenaikan Suku Bunga AS

Tumbangnya Dolar AS menyusul diumumkannya risalah rapat komite FOMC Bank Sentral AS yang telah dilaksanakan pada pertengahan bulan lalu, telah menjadi energi bagi rivalnya yakni mata uang-mata uang komoditas serta mata uang negara-negara berkembang. Dalam risalah rapat itu tertulis bahwa para pejabat The Fed belum nyaman untuk menaikkan suku bunga acuannya dari level nol dengan pertimbangan perlambatan pertumbuhan di China dan risiko penguatan Dolar AS masih berpotensi melukai sektor ekspor.

Akan tetapi, Bloomberg mengutip bahwa sejumlah lembaga keuangan besar dunia seperti Pacific Investment Management Co., Australia & New Zealand Banking Group Ltd. dan Commonwealth Bank of Australia menyatakan, pekan ini belum bisa dikatakan sebagai awal mula titik balik bagi negara-negara berkembang.

"Posisi-posisi long pada Dolar masih mereduksi (penguatan Dolar) secara signifikan, sehingga menguntungkan mata uang-mata uang negara-negara berkembang," tutur Andy Ji, Ahli Strategi Mata Uang di Commonwealth Bank yang diwawancarai oleh Bloomberg, dan sementara mata uang-mata uang Asia masih mengambil manfaat dari penundaan normalisasi kebijakan, jangan lupa bahwa masih ada perlambatan perekonomian China masih mengancam.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE