Menu

Minyak Kembali Melonjak Tapi Outlook Masih Meragukan

A Muttaqiena

Harga minyak mentah melonjak empat persen pada hari Rabu malam dan Brent kembali mendarat di atas ambang harga $50 per barel. Namun demikian, harga nampak agak melandai pagi ini (30/6) sehubungan dengan berlanjutnya ketidakpastian di pasar.

Harga minyak mentah melonjak empat persen pada hari Rabu malam dan Brent kembali mendarat di atas ambang harga $50 per barel, setelah dipublikasikannya data inventori minyak AS yang menunjukkan penurunan lebih besar dari perkiraan. Namun demikian, harga nampak agak melandai pagi ini (30/6) sehubungan dengan berlanjutnya ketidakpastian di pasar.

 

Inventori Susut Dua Kali Lipat

Pada akhir penutupan sesi perdagangan hari Rabu, Brent menetap pada $50.61 per barel setelah sempat menyentuh level tinggi satu minggu di $50.74 pada pertengahan sesi. Sementara itu, WTI naik lebih dari dua dolar ke level tinggi $50, meski kemudian ditutup pada $49.88 per barel.

Lembaga urusan statistik bidang energi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA), melaporkan bahwa persediaan minyak mentah di negeri Paman Sam berkurang sebesar 4.1 juta barel dalam waktu sepekan yang berakhir tanggal 24 Juni, nyaris dua kali lipat dibanding perkiraan konsensus analis Reuters 2.4 juta barel. Ini merupakan minggu keenam berturut-turut data inventory mengalami penurunan.

Menurut John Kilduff dari perusahaan hedge fund Again Capital New York, "Disamping fundamental pasar yang membaik, bulls juga bersemangat untuk menjaga harga di kisaran $50 sejalan dengan kita mengawali paruh kedua (tahun 2016)."

Pupusnya kekhawatiran terkait Brexit dan tingginya potensi kemungkinan terjadinya gangguan produksi di Norwegia dan Venezuela disinyalir turut mendorong kenaikan harga.

Kontrak spot Brent dan WTI untuk pengiriman bulan-bulan mendatang pun turut melonjak, karena berkembangnya harapan di kalangan trader kalau harga minyak yang kini masih di penyimpanan akan mencapai level lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Selisih harga antara WTI untuk pengiriman Desember 2016 dan Desember 2017 mencapai level tertinggi tiga bulan du $2.40 per barel.

 

Mestinya Berkurang Lebih Banyak

Terlepas dari kabar-kabar optimis tersebut, outlook jangka panjang minyak di mata beberapa pihak tetap bearish. Pasalnya, EIA juga melaporkan peningkatan persediaan gasolin dalam jumlah yang agak tidak masuk akal secara musiman, yaitu sebesar 1.4 juta barel (ekspektasi analis bakal minus 58,000 barel).

Scott Shelton dari broker futures ICAP North Carolina mengatakan, "Saya masih tidak terkesan pada penurunan minyak mentah secara keseluruhan di bulan Juni... Dengan penurunan 16.7 juta bph dan perlambatan produksi, kita semestinya mengalami pengurangan (inventori) dalam jumlah lebih besar di kuartal dua (tahun 2016). (Tetapi) hal itu tak terjadi."

Di awal perdagangan sesi Asia pagi ini, harga minyak lesu lagi. Saat berita diturunkan, Brent diperdagangkan pada $50.55 dan WTI di sekitar $49.46 per barel.

Investor masih memantau ancaman mogok kerja massal di Norwegia, yang bakal melumpuhkan industri perminyakan disana bila kesepakatan sistem penggajian baru gagal tercapai pada Jumat tengah malam. Sebagian kecil karyawan migas di negeri yang memproduksi 2.1% output minyak dunia itu telah mendapatkan lampu hijau kenaikan gaji, tetapi belum ada kesepahaman komprehensif antara pihak-pihak yang berkepentingan. Potensi pertikaian di Laut Utara juga belum terhalau karena Skotlandia masih mengindikasikan minat mereka untuk memisahkan diri dari Inggris dan belum ada titik terang mengenai kapan Inggris akan mulai mengambil langkah pertama dalam proses keluar dari Uni Eropa.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE