Menu

Notulen FOMC Juli 2015 Sorot Ekonomi China Dan Kuatnya Dolar

N Sabila

Dolar AS tak bertenaga menghadapi Euro dan Yen di Kamis (20/08) pagi ini setelah dirilisnya notulen rapat The Fed bulan Juli lalu yang cenderung bearish. Para investor memfokuskan perhatian mereka pada perlambatan ekonomi China dan stagnasi dalam inflasi AS dalam notulen FOMC tersebut.

Dolar AS tak bertenaga menghadapi Euro dan Yen di Kamis (20/08) pagi ini setelah dirilisnya notulen rapat The Fed bulan Juli lalu yang cenderung bearish. Notulen FOMC tersebut mengindikasikan hanya ada sedikit konsensus di kalangan anggota rapat tentang waktu pelaksanaan kenaikan tingkat suku bunga acuan AS. Di samping itu, disebutkan juga bahwa kuatnya nilai tukar Dolar AS berpotensi menghalangi inflasi dan pertumbuhan AS.


Para anggota FOMC menunjukkan keprihatinan mereka dalam penyusunan pengaturan kebijakan tanggal 28-29 Juli lalu, mengingat masih adanya kemungkinan kalau warga Amerika masih akan menunda peningkatan aktivitas konsumsi mereka. Di sektor internasional, FOMC menyebutkan bahwa outlook ekonomi AS bisa menanggung risiko akibat kemelorotan ekonomi China meskipun krisis utang Yunani terbilang "sedikit reda".

Menanggapi rilis notulen ini, Dolar AS terjun sekitar 1 persen, persentase kemerosotan satu-harian terbesar terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya dalam sepekan. Euro diperdagangkan di kisaran 1.1128 terhadap Dolar AS di penghujung sesi Amerika dini hari tadi. Sedangkan USD/JPY turun 0.5 persen ke kisaran 123.78, menuju angka penutupan terendah sejak 28 Juli.

Tak Yakin Suku Bunga AS Naik September

Direktur Manager Jefferies FX Group, Brad Bechtel, yang diwawancarai oleh Wall Street Journal menyebutkan bahwa para investor memfokuskan perhatian mereka pada perlambatan ekonomi China dan stagnasi dalam inflasi AS dalam notulen FOMC tersebut. Sedangkan tentang kenaikan suku bunga bulan September depan, lanjut Bechtel, notulen tersebut menyiratkan kesan tak yakin dan The Fed harus berpikir lagi. (Baca juga: 3 Hal Ini Dapat Tunda Kenaikan Suku Bunga AS September 2015)

Notulen FOMC memaparkan bahwa sejumlah pejabat The Fed yakin mantapnya performa Dolar justru menghalangi eskpor, dan dampaknya akan terasa pada GDP AS. Sementara itu, pejabat The Fed lainnya dalam komite tersebut menunjukkan keprihatinan mereka bahwa korelasi antara kuatnya Greenback dan lemahnya harga komoditas dapat berdampak pada lemahnya inflasi.

Sebelum rilis notulen FOMC, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa laju inflasi terbentuk dengan lambat. CPI AS bulan Juli naik musiman sekitar 0.1 persen dari satu bulan sebelumnya. CPI inti AS, yang tidak memasukkan kelompok makanan dan energi, juga naik 0.1 persen. Akan tetapi, kedua data tersebut masih di bawah ekspektasi kenaikan 0.2 persen untuk bulan Juli.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE