Mengenang Sejarah Rupiah di Indonesia
61725
|
Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (21 Juni 2019), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.
Tinjauan Fundamental
Anjloknya indeks USD selama 3 hari berturut-turut menyebabkan sebagian besar mata uang Asia menguat, termasuk Rupiah. Minggu lalu, mata uang Garuda ditutup pada level 14155 per US Dollar, atau mengalami apresiasi sebesar 1.19% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya.
Faktor utama yang menyebabkan Rupiah perkasa adalah sikap The Fed yang dovish, dengan mengisyaratkan pemotongan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Hal ini membuat USD melemah tajam terhadap semua mata uang utama, seperti tercermin pada indeks USD.
Meski demikian, penguatan Rupiah tidak maksimal, disebabkan karena pada saat yang bersamaan, harga minyak dunia juga merambat naik seiring dengan ketegangan antara AS dan Iran. Kenaikan harga minyak akan merugikan Rupiah karena membuat biaya impornya semakin mahal, sehingga defisit pada neraca migas akan semakin lebar.
Di sisi lain, faktor internal yang mendukung penguatan Rupiah adalah tindakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan (BI 7 day Repo Rate) pada level +6.00%.
Minggu ini, pelaku pasar akan fokus pada data neraca perdagangan Indonesia bulan Mei yang diperkirakan kembali mengalami defisit sebesar 1.38 miliar, atau lebih rendah dari defisit bulan sebelumnya. Seperti diketahui, bulan lalu, Rupiah sempat melemah tajam akibat defisit neraca perdagangan bulan April mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah (sejak data neraca perdagangan dirilis tahun 1960), yaitu sebesar USD 2.50 miliar. Neraca perdagangan adalah salah satu komponen yang mempengaruhi Current Account. Baca juga: Defisit Current Account Mengakibatkan Pelemahan Kurs Rupiah, Mengapa?
Dari AS, minggu ini akan ada rilis data GDP final kuartal pertama 2019, PCE Price Index bulan Mei, serta pidato ketua The Fed Jerome Powell mengenai outlook ekonomi dan kebijakan moneter. Secara teknikal, Rupiah masih cenderung menguat dengan support kuat pada level 14000 per USD.
Jadwal Rilis Data Fundamental
Senin, 24 Juni 2019:
- Jam 11:00 WIB: data neraca perdagangan Indonesia bulan Mei 2019 y/y: bulan sebelumnya: -USD2.50 miliar (defisit tertinggi sejak tahun 1960). Perkiraan: -USD1.38 miliar.
Selasa, 25 Juni 2019:
- Jam 17:20 WIB: data pertumbuhan kredit bulan Mei 2019 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +11.05%. Perkiraan: +10.70%.
Jumat, 28 Juni 2019:
- Jam 16:20 WIB: Uang beredar M2 di Indonesia bulan Mei 2019 y/y: bulan sebelumnya: +6.2%. Perkiraan: +6.0%
Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: GDP, PCE Price Index, Durable Good Orders, dan pidato ketua The Fed Jerome Powell.
Tinjauan Teknikal
Chart Daily:
USD/IDR cenderung bearish (Rupiah cenderung menguat), setelah harga menembus kurva support EMA 89. Kecenderungan ini didukung oleh indikator trend:
- Harga berada di bawah kurva lower band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
- Kurva indikator MACD berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
- Garis histogram indikator ADX berwarna merah dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bearish yang masih kuat.
Level Pivot mingguan : 14196.67
Resistance : 14205.00 (level 50% Fibo Retracement) ; 14280.52 (38.2% Fibo Retracement) ; 14355.00 ; 14373.96 (23.6% Fibo Retracement) ; 14435.00 ; 14475.00 ; 14520.00 ; 14600.00 ; 14650.00 ; 14721.83 ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.
Support : 14129.48 (61.8% Fibo Retracement) ; 14080.00 ; 14036.04 (76.4% Fibo Retracement) ; 13990.00 ; 13950.00 ; 13885.00 ; 13736.00 ; 13587.31 ; 13485.00 ; 13400.00 ; 13362.00 ; 13314.00 ; 13263.00.
Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 89 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
- Titik Swing Low: 13885.00 (harga terendah 6 Februari 2019).
- Titik Swing High: 14525.00 (harga tertinggi 22 Mei 2019).