EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,305.79/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,181.16   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 11 menit lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 14 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 14 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 15 menit lalu, #Saham Indonesia

Analisa Rupiah 5 - 9 Januari 2015

Penulis

Pagi ini, kurs Rupiah dibuka melemah pada 12,827 per Dolar AS. Dalam pekan ini, sejumlah data berdampak besar dijadwalkan akan dirilis dari negeri Paman Sam, termasuk sejumlah laporan ketenagakerjaan dan notulen rapat kebijakan the Fed. Antisipasi rilis data-data tersebut berpotensi menjaga kurs Rupiah diatas 12,500 hingga hari Rabu-Kamis.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Di awal tahun 2015, Rupiah ternyata gagal menguat. Walau masih diperdagangkan di kisaran 12,312-12,657 per Dolar AS, kurs Rupiah tidak menguat sesuai prediksi dan malah melemah drastis. Pada hari Senin 29 Desember 2014 Rupiah dibuka pada 12,488, tetapi di hari Jumat 2 Januari 2014 ditutup pada 12,605 per Dolar AS.

Mata uang negara-negara berkembang di Asia melanjutkan tren depresiasi terhadap Dolar AS, dan Rupiah pun ikut terbawa arus akibat fundamental ekonomi yang kurang mapan bahkan nampak cenderung mengecewakan. Keputusan-keputusan Pemerintah terkait harga BBM bersubsidi yang digadang-gadang akan mendukung nilai tukar Rupiah ternyata gagal memancing apresiasi yang diharapkan dari investor di tengah perlambatan ekonomi. Ditambah lagi, inflasi bulan Desember melesat diatas perkiraan dan neraca perdagangan kembali defisit.

Berdasarkan laporan BPS pada 2 Januari 2014, inflasi year-on-year naik dari 6.23% pada bulan November menjadi 8.36% pada bulan Desember 2014, sedangkan peningkatan harga-harga dalam jangka waktu dari November ke Desember tercatat sebesar 2.46%. Kenaikan harga terjadi dalam semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga; serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.


Data Inflasi IndonesiaData Inflasi Indonesia Sepanjang Tahun 2014

Namun demikian, Bank Indonesia dalam rilis pers-nya menilai bahwa inflasi inti masih terkendali di tahun 2014 kemarin dibandingkan tahun 2013, walau ditengah tekanan kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif listrik, harga LPG, dan tarif angkutan udara. Lembaga yang berperan menjaga target inflasi tersebut juga menyebutkan bahwa risiko inflasi ke depan masih cukup besar walau harga sejumlah komoditas cenderung melandai.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit pada bulan November 2014 lalu setelah sempat surplus tipis di bulan sebelumnya.


Neraca Perdagangan IndonesiaNeraca Perdagangan Indonesia Desember 2013-November 2014

Sejalan dengan tren perlambatan ekonomi global, nilai ekspor maupun impor Indonesia dalam bulan tersebut mengalami penurunan. Ekspor anjlok dari 15,349 juta Dolar AS menjadi 13,616 juta saja, sedangkan impor menurun dari 15,328 juta Dolar AS menjadi 14,042 juta. Secara keseluruhan, neraca perdagangan mengalami defisit, yaitu sebesar -425,7 juta Dolar AS, atau terburuk dalam tujuh bulan terakhir.

Disamping itu, indeks PMI Manufaktur yang mengukur iklim bisnis sektor di Indonesia kembali merosot untuk keempat kali berturut-turut. Laporan dari Markit Economics, bekerjasama dengan HSBC mencatat indeks PMI Manufaktur Indonesia di bulan Desember 2014 pada 47.6, yang berarti kondisi terkontraksi selama kuartal keempat 2014 walau di tiga kuartal sebelumnya masih ekspansif.


Indeks PMI Manufaktur IndonesiaIndeks PMI Manufaktur Indonesia Sepanjang Tahun 2014 Nampak Memburuk Di Kuartal Keempat

Kondisi ekonomi Indonesia yang terus termoderasi seperti dalam uraian diatas berkebalikan dengan kondisi Amerika Serikat. Jumlah permintaan tunjangan yang diajukan oleh para pengangguran di AS bertambah dengan jumlah paling sedikit dalam 14 tahun terakhir, sementara data penjualan rumah ternyata lebih baik dari perkiraan. Situasi terkini ekonomi AS tersebut menimbulkan spekulasi kalau bank sentralnya bisa jadi akan menaikkan suku bunga di paruh pertama 2015. Perluasan lapangan kerja dan peningkatan gaji, serta risiko bubble pasar properti bisa jadi akan mendorong bank sentral AS, The Fed, untuk tetap menaikkan suku bunga walau inflasi di negerinya melambat akibat penurunan harga minyak dunia. Potensi kenaikan suku bunga the Fed dalam situasi saat ini, pada gilirannya, mengancam pelarian modal yang lebih besar lagi dari Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan terkini, ada indikasi kurs Rupiah masih akan terus tertekan sepanjang tahun 2015 mendatang, khususnya apabila bank sentral AS the Fed benar-benar menaikkan suku bunganya.

Fundamental Minggu Ini

Pagi ini, kurs Rupiah dibuka melemah pada 12,827 per Dolar AS. Dalam pekan ini, sejumlah data berdampak besar dijadwalkan akan dirilis dari negeri Paman Sam, termasuk sejumlah laporan ketenagakerjaan dan notulen rapat kebijakan the Fed. Antisipasi rilis data-data tersebut berpotensi menjaga kurs Rupiah diatas 12,500 hingga hari Rabu-Kamis. Selain itu, apabila laporan-laporan tersebut konsisten sejalan dengan tren penguatan ekonomi Amerika Serikat, maka Rupiah kemungkinan akan terus diperdagangkan diatas level tersebut. Dari dalam negeri tidak ada jadwal rilis berdampak besar tertentu.

Namun demikian, pekan lalu Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan baru terkait utang luar negeri korporasi non bank yang diharapkan bisa mengendalikan laju pertumbuhan utang luar negeri perusahaan swasta yang akhir-akhir ini meningkat pesat. Juga, pekan depan pada 15 Januari 2015 Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur rutin, dan kemungkinan dalam pekan ini pejabat-pejabat terasnya akan menyampaikan isyarat-isyarat tertentu tentang langkah apa yang akan diambil Bank Indonesia dalam menyikapi tantangan ekonomi kedepan.

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Kurs Rupiah minggu ini kemungkinan akan terus diperdagangkan dalam kondisi melemah terhadap Dolar AS apabila tidak ada intervensi lagi dari Bank Indonesia sedangkan data-data AS kembali prima.

Pelemahan kurs Rupiah di awal pekan ini telah disinyalkan oleh cross EMA-20/EMA-60 ke arah atas yang terjadi secara mendadak pada tanggal 2 Januari 2015 lalu.


USDIDR H4USD/IDR dalam chart 4 jam dengan indikator EMA-20 (merah), EMA-60 (tosca), dan EMA-100 (coklat), Fibonacci Retracement, dan MACD

Antisipasi rilis data-data asal Amerika Serikat berpotensi menjaga volatilitas Rupiah tetap tinggi. Dalam beberapa hari mendatang, ada kemungkinan Rupiah bisa melemah hingga 12,915 per Dolar AS, atau tembus 13,000 lagi di akhir pekan jika sentimen positif pasar terhadap Dolar AS kian kuat. Sedangkan penguatan kurs Rupiah secara natural hanya akan membawanya kembali ke kisaran 12,500an saja, antara 12,436 dalam skenario optimis dan 12,550 dalam asumsi moderat. Dengan demikian, prediksi range pergerakan kurs cukup luas antara 12,436-12,915 per Dolar AS.

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
217116
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.