EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.790   |   GBP/USD 1.235   |   AUD/USD 0.646   |   Gold 2,305.51/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,122.92   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Analisa Rupiah 22 - 26 Juni 2015

Penulis

Setelah lebih dari seminggu bertahan di atas level 13,400, kurs Rupiah pekan lalu akhirnya berakhir ditutup menguat di 13,398 pada hari Jumat. Secara teknikal, nampak ada peluang bagi kurs Rupiah untuk menguat dalam beberapa hari mendatang. Namun demikian, secara fundamental hingga kini belum ada dukungan yang berarti bagi mata uang Rupiah untuk terapresiasi.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Setelah lebih dari seminggu bertahan di atas level 13,400, kurs Rupiah pekan lalu akhirnya berakhir ditutup menguat di 13,398 pada hari Jumat. Kurang optimisnya FOMC the Fed AS pekan lalu gagal memenuhi harapan pasar dan membuat tekanan sentimen negatif pada aset-aset Indonesia sedikit mengendur. Namun demikian, belum ada perubahan berarti dalam indikator-indikator ekonomi penting Indonesia, sehingga penguatan tipis Rupiah kali ini pun kurang stabil.


Di awal pekan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2015 naik mencapai 955 juta Dolar AS. Namun demikian, ekspor dan impor tercatat jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu. Kemudian pada hari Rabu (17/6) Bank Indonesia mengumumkan bahwa pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada April 2015 mencapai 7.8% (yoy) dengan pertumbuhan terbesar dialami oleh utang sektor swasta, atau belum ada perbaikan berarti dibanding pertumbuhan utang pada Maret 2015 yang sebesar 7.6% (yoy).


Keesokan harinya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (18/6) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7.50% karena pemangkasan suku bunga saat ini dinilai tidak memungkinkan. Oleh karena itu, guna merespon perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tengah melanda Indonesia kini, Bank Indonesia tidak akan mengutak-atik suku bunga melainkan memanfaatkan instrumen makroprudensial.

 

Peta Indonesia

 

Di belahan dunia berbeda, bank sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) nampaknya juga enggan untuk mengutak-atik suku bunganya. Bukannya lebih agresif, proyeksi suku bunga dalam dot plot yang diterbitkan resmi pasca rapat FOMC kemarin malah menampilkan profil yang lebih moderat. Tercatat lima dari 17 anggota rapat menginginkan satu kali kenaikan suku bunga the Fed dalam tahun 2015 meski pasar mengharapkan setidaknya dua kali kenaikan.


Di sisi lain, masalah utang Yunani tak juga menemukan jalan terang dan pekan ini kembali didiskusikan oleh pejabat-pejabat Eropa. Ditengah gemparnya pasar menimbang dampak yang mungkin timbul bila Yunani keluar dari kesatuan ekonomi-politik Euro, Athena mengajukan proposal baru dalam perundingan yang kini sedang berjalan. Meski sedikit sekali hubungan antara Yunani dengan Indonesia, namun ada kemungkinan dunia finansial Indonesia akan terkena gelombang apabila isu ini lepas kendali. Ini karena status Indonesia dan Yunani sebagai sesama negara berkembang cenderung "berbagi" sentimen di pasar, disamping juga status Zona Euro sebagai salah satu partner dagang Indonesia.

 

Fundamental Minggu Ini

Ditengah berbagai ketidakpastian di pasar, kurs Rupiah pagi ini (22/6) dibuka menguat pada 13,361 per Dolar AS dalam sesi perdagangan yang relatif tenang. Sepekan ke depan, kerisauan terkait nasib Yunani diperkirakan masih akan menjadi perhatian pasar bersama dengan sejumlah rilis data berdampak menengah dari Amerika Serikat, diantaranya, data GDP final dan Pesanan Durable Goods. Meski begitu, volatilitas diperkirakan akan rendah dan mendukung potensi penguatan kurs Rupiah apabila tidak ada kejutan besar diluar ekspektasi pasar.

 

Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini

Secara teknikal, nampak ada peluang bagi kurs Rupiah untuk menguat dalam beberapa hari mendatang. Pada chart dibawah, perlintasan antara EMA-20 dan EMA-60 ke arah bawah yang tercipta di awal sesi perdagangan hari ini memungkinkan optimisme tersebut. Posisi MACD juga mendukung proyeksi ini.

 

USDIDR

Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD

Pergerakan kurs Rupiah ke depan kemungkinan akan mengarah ke kisaran 13,266-13,380 per Dolar AS. Namun demikian, secara fundamental hingga kini belum ada dukungan yang berarti bagi mata uang Rupiah untuk terapresiasi. Oleh karena itu, penguatan Rupiah terhadap Dolar AS bisa jadi hanya akan berlangsung sementara saja, dan posisi mata uang berlambang Garuda ini masih tetap rawan.

 

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
237231
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.


Abd.rachman
1. Nilai rupiah terlalu undervalued saat ini. Jadi kalau disebut menguat dengan besaran kurang dari Rp500, bahkan dibawah Rp1000, menurut saya belum bisa disebut menguat. Sebaiknya menggunakan istilah lain yang lebih sesuai. 2. Kira-kira selain analisa, apa rekomendasi/saran dari situs ini yang bisa membuat nilai rupiah menguat?
A. Muttaqiena
1. Penguatan dalam jumlah dibawah 500 atau dibawah 1000 itu cukup besar lho Pak. Kalau dipandang dari eceran, orang yang hanya menukar beberapa dolar saja, memang tidak besar. Tetapi bagi perusahaan yang transaksi dolarnya besar, selisih 100 rupiah saja bisa berarti jutaan. Dan di bidang finansial, meski pergeseran itu kecil, tetapi selama nilai saat ini lebih baik dari nilai sebelumnya, maka istilahnya tetap "penguatan". 2. Secara umum, pelemahan Rupiah adalah karena kelemahan fundamental ekonomi Indonesia dan imbas kondisi ekonomi Internasional. Terkait dengan ini, yang bisa menopang Rupiah adalah kebijakan pemerintah. Pertama, penting bagi pemerintah untuk menggalakkan lagi pembangunan infrastruktur (saat ini masih mandeg). Kedua, mendorong aktivitas bisnis dan ekspor (saat ini posisi sedang merosot).
Abd. Rachman
Terima kasih atas tanggapannya;
1. Saya punya USD 1,000. Saya tukar dengan besaran kenaikan Rp 500, saya hanya mendapatkan kelebihan Rp 500.000,. Baru cukup untuk membeli sebuah hp android dengan spek paling sederhana ... kalau buat makan di Singapura di food courtnya, gak sampai sehari juga habis .. maksud saya kalau istilah menguat tersebut bagi mata uang selain Rupiah di sekitaran asean, mungkin masih bisa jadi bernilai besar walaupun berbeda hanya 10 point. Tetapi menurut saya nilai Rupiah sekarang anjlok sekali. Gak banyak yang bisa diperoleh dengan berbagai kenaikan harga barang pada saat ini .. apalagi kalau membawanya ke LN .. Di perusahaan pun kalau buat cash flow biasanya dengan asumsi selisih nilai tukar minimal Rp 500 .. atau dibulatkan Rp 0 sekalian. Istilah naik sekian point masih fair, tetapi istilah "menguat" itu tidak didukung bahwa secara nilai Rupiah itu benar-benar kuat ... Tapi saya yakin koq, kalau orang-orang di atas pengelola kebijakan negeri ini bisa mengatur secara benar, insya Allah Rupiah bisa kuat lagi. Dan saat itu saya sangat setuju dengan istilah menguatnya terhadap mata uang lain.
2. Setuju tentang hal tersebut, tetapi maksudnya rekomendasi yang lebih detail, misalnya rekomendasi mematok nilai tukar Rupiah pada nilai tertentu (kalau gak salah istilahnya di-"peg" ya?) misalnya .. atau membatasi impor atas jenis barang komoditi tertentu .. ataupun lainnya ..
Sekali lagi terima kasih, khususnya sudah bersedia meluangkan waktu untuk membuat analisa-analisa di atas ..
A.muttaqiena
Kami juga berterimakasih atas perhatian Bapak :) Ya, Bapak bisa berpandangan demikian, tetapi selain itu, realita tidaklah mudah. Tentang mematok nilai tukar Rupiah dengan pegging, misalnya, itu hanya bisa dilakukan jika negara kita punya current account surplus dan persediaan devisa luar biasa besar, seperti Swiss atau Arab Saudi. Nyatanya, current account kita defisit, dan devisa juga minim sekali. Ini karena meski mata uang di-pegging, tetapi nilai tukarnya secara riil dengan mata uang lain tetap naik-turun, sehingga untuk mempertahankan pegging, maka pemerintah harus mengeluarkan dana untuk terus menerus intervensi di pasar (membeli mata uang sendiri dan menjual persediaan valas). Tanpa current account surplus dan devisa luar biasa besar, hal ini tidak mungkin dilakukan. Terkait dengan impor, baru-baru ini pemerintah juga telah menaikkan bea impor untuk barang konsumsi, dengan harapan impor akan berkurang, tetapi ini tidak cukup untuk menguatkan Rupiah, karena faktanya, banyak barang modal (mesin-mesin dan bahan baku industri) yang kita masih harus impor. Dengan melihat situasi sekarang, pemerintah sama sekali tidak punya kekuatan untuk mengutak-atik bidang eksternal (perdagangan luar negeri), sehingga itu sebabnya mengapa pemerintah semestinya berfokus menguatkan internal dulu, diantaranya pembangunan infrastruktur, bisnis, dan ekspor. Sepintas, mungkin ketiga hal itu tidak ada hubungannya dengan kurs, tetapi sebenarnya, jika tiga hal itu oke maka kurs berpotensi menguat. Katakanlah pembangunan infrastruktur bagus, dan orang asing suka berinvestasi di Indonesia dengan membuat pabrik atau sejenisnya, maka aliran investasi masuk dan bisa memperbaiki current account. Demikian pula, bila aktivitas bisnis lancar dan ekspor meningkat, devisa bisa bertambah besar. Intinya, jika faktor-faktor ini bagus, maka penguatan kurs secara berkelanjutan bisa terjadi, bukan hanya untuk mengatasi pelemahan Rupiah saat ini saja.