Greenback sempat menguat pada hari Kamis (15/Juni) setelah Federal Reserve menyampaikan sinyal hawkish menyusul keputusan untuk menjeda kenaikan suku bunga. Tapi, Dolar kemudian berbalik merosot tajam setelah ECB menaikkan suku bunga sesuai ekspektasi dan menyampaikan sinyal yang dianggap lebih hawkish.
Grafik Daily menunjukkan Indeks Dolar (DXY) makin terdesak setelah turun menembus kurva MA-50 dan zona keseimbangan (50% - 61.8% retracement). Sementara, indikator RSI bergerak turun di teritori negatif.
DXY berupaya rebound dari level terendah 1 bulan pada Jumat (16/Juni), ditopang oleh keputusan Bank of Japan (BoJ) untuk tetap mempertahankan suku bunga di level sangat rendah dan menekankan sikap dovish. Akan tetapi, kenaikan DXY masih terbatas dan belum mampu mengubah outlook Daily secara keseluruhan.
Yang barangkali juga menarik untuk disimak pekan lalu adalah pernyataan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, saat memberikan testimoni di hadapan Housing Financial Services Committee pada Selasa (13/Juni).
Yellen mengakui bahwa dedolarisasi sedang berlangsung, di mana Dolar mengalami erosi secara bertahap dalam 2 dekade terakhir. Tapi, status Dolar AS sebagai reserve currency (mata uang cadangan) secara keseluruhan masih dominan.
Laporan lainnya menunjukkan bahwa dalam 12 bulan pertama hingga Maret 2023, bank sentral global telah melepas atau menjual kepemilikan obligasi AS senilai sekitar $687 miliar. Secara bersamaan, pembelian cadangan emas berakselerasi tajam di sepanjang 2022 dan kuartal pertama tahun ini, mencapai ke level tertinggi 55 tahun.
Yellen mengatakan bahwa adanya peningkatan permintaan bank sentral global untuk memborong emas adalah sebagai cara lain untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar AS.