RSI (Relative Strength Index) merupakan salah satu indikator overbought dan oversold yang populer digunakan dalam pasar valas. Dulunya, trader cenderung menggunakan indikator RSI saja. Akan tetapi, kali ini kita akan menggunakan kombinasi antara RSI dan Moving Average (MA). Jadi, tidak hanya memanfaatkan RSI saja, namun filter MA akan kita gunakan juga untuk mengetahui arah trend dengan lebih jelas.
Oke, mari kita mulai dengan menambahkan MA dengan periode waktu 100 ke dalam chart, untuk menyaring arah gerak harga, dan RSI dengan standar periode 14 pada pengaturan grafikmu. Dengan MA periode 100 tersebut, kita hanya akan melihat trade dengan trend saja (trading trend). Di luar itu, seperti misalnya trade yang bersifat counter trend (berbalik arah) sebenarnya juga memungkinkan terjadi hasil, hanya saja hasil tersebut bisa dibilang kurang, dan pada akhirnya, tidak sebanding dengan usaha atau modal yang dikeluarkan.
Pada chart, nilai Relative Strength Index akan selalu berkisar antara nol dan 100. Nilai ini didasarkan pada kekuatan relatif pada momentum trend. RSI ini adalah indikator yang membandingkan pergerakan rata-rata dalam periode waktu tertentu. Contoh di bawah ini adalah chart yang menggambarkan trend berdasarkan RSI dan MA. Bagaimana cara membacanya?
Pertama, coba lihat garis MA yang bergerak ke atas. Itu artinya trend sedang berjalan bullish. Kemudian, ketika RSI telah berada di area 20, maka Anda dapat melakukan open posisi tepat di area tersebut, dan diperkenankan untuk melakukan transaksi pembelian. Pasangan mata uang EUR/JPY tersebut dibawah, berada di chart 4 jam, di mana RSI konsisten memantul ke atas sesuai dengan prediksi trend MA.
Pada saat terjadi up-trend, kita akan melihat nilai yang konsisten, yaitu selalu diatas 40-50. Ini menandakan terjadinya level jenuh, jenuh beli (overbought).
Pada saat posisi down trend, alihkan perhatian pada trend MA yang bergerak menurun. Apabila RSI tepat berada di titik 80, maka pada saat itulah, Anda dapat melakukan open posisi pada transaksi anda dengan lancar.