Indikator Relative Strength Index (RSI) adalah salah satu indikator oscillator yang dianggap cukup handal. Secara tradisional, indikator RSI digunakan guna mendeteksi level overbought dan oversold, serta divergensi terhadap pergerakan harga. Namun lebih dari itu, sebenarnya indikator ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi arah pergerakan harga pada kondisi trending dengan kombinasi pola pergerakan harga (pattern), garis trend, dan indikator Moving Average. Alternatif berikut ini sering diterapkan oleh para trader untuk memperoleh level entry yang tepat, atau untuk konfirmasi indikator trend.
Penggunaan Indikator RSI Secara Tradisional
Trader yang baru pertama kali mengenal indikator ini akan cenderung menggunakan kaidah dasarnya sebagai oscillator. Jika garis RSI berada di bawah level 30 dan bergerak ke arah atas, berarti terjadi kondisi oversold (jenuh jual) yang mengisyaratkan sinyal untuk membuka posisi buy. Sebaliknya, jika garis RSI berada di atas level 70 dan bergerak ke arah bawah, berarti kondisi pasar overbought (jenuh beli) yang mengisyaratkan sinyal untuk sell.
Namun demikian, seperti tampak pada gambar di atas, pergerakan harga bisa berlanjut naik meski indikator RSI menunjukkan kondisi overbought, dan mungkin trader sudah membuka posisi sell. Keadaan ini bisa terjadi karena pasar memang sedang uptrend.
Demikian pula ketika pasar downtrend, pergerakan harga akan berlanjut turun meski indikator RSI menunjukkan kondisi oversold dan trader sudah entry buy dengan kondisi yang masih terbuka. Kejadian seperti ini sering dialami trader yang menggunakan RSI hanya sebagai indikator overbought dan oversold.
Menggunakan Garis Trend Pada Indikator RSI
Tanpa mengabaikan sifat pokok overbought dan oversold indikator ini, penggunaan garis trend pada RSI akan membantu konfirmasi arah trend yang sedang terjadi, guna memperoleh level entry dan exit yang lebih akurat.
Jika dengan mendeteksi divergensi, kita mencari perbedaan arah trend pergerakan harga dengan arah trend garis indikator, maka dalam hal ini kita mencari persamaan arah trend pergerakan harga dengan arah trend garis RSI. Keadaan divergensi tidak sering terjadi, dan jika arah trend harga sedang kuat (trending), trend indikator RSI akan cenderung mengikuti pergerakan harga.
Pada chart USD/JPY dengan time frame 4-hour di atas, tampak trend indikator RSI dan pergerakan harga searah (uptrend). Ketika garis trend indikator RSI ditembus, kita bisa entry sell dengan level Stop Loss pada level tinggi terdekat di atas garis trend indikator RSI.
Perhatikan bahwa setelah ditembus, garis trend indikator RSI yang semula sebagai garis support, berubah menjadi garis resistance, demikian juga pada chart pergerakan harga. Ketika RSI gagal menembus lagi garis resistance-nya, pergerakan harga juga gagal menembus kembali garis trend (yang sekarang juga sebagai garis resistance) dan harga terus bergerak turun di bawah level 100.00.
Pola Pergerakan (Pattern) Pada Indikator RSI
Seperti diketahui, bentuk-bentuk pola pergerakan harga pada chart (chart patterns) akan membantu menentukan momentum entry. Selain pada trading chart untuk menganalisa pola pergerakan harga, pola-pola tersebut juga bisa diterapkan pada indikator. Salah satu yang cukup akurat adalah pada indikator RSI.
Pergerakan indikator selalu proporsional dan sebanding dengan pergerakan harga, terutama pada indikator oscillator seperti RSI, sehingga perubahan pola gerak indikator adalah isyarat untuk perubahan arah pergerakan harga. Hal ini tampak jelas jika terjadi divergensi antara arah gerak indikator dan arah pergerakan harga.
Pola chart yang umum adalah pola penerusan arah trend (continuation) dan pola pembalikan arah trend (reversal). Pada kenyataannya, yang sering terbentuk pada indikator RSI adalah pola pembalikan arah trend seperti Double Top dan Double Bottom atau Head and Shoulders.
Berikut contoh pola Head and Shoulders yang terjadi pada indikator RSI dari chart GBP/USD Daily:
Pada gambar di atas tampak pergerakan indikator RSI membentuk pola Head and Shoulders yang mengisyaratkan pembalikan arah trend. Saat Shoulder kanan (right shoulder) menembus neckline (garis support acuan), bisa dianggap sebagai isyarat untuk membuka posisi sell. Seperti tampak pada pergerakan indikator RSI selanjutnya, garis neckline sekarang berfungsi sebagai garis resistance indikator RSI.
Sebelum memutuskan untuk entry, kita bisa mengkonfirmasikan kondisi tersebut dengan arah pergerakan harga. Tampak pada chart Daily di atas, pergerakan harga GBP/USD membentuk pola Triple Top yang juga mengisyaratkan pembalikan arah trend. Dengan demikian, pola pergerakan harga telah sesuai (match) dengan pola pergerakan indikator. Entry sell bisa dilakukan saat RSI menembus neckline-nya, atau ketika gagal menembus kembali neckline yang telah menjadi garis resistance.
Moving Average Dan Indikator RSI
Trader menggunakan indikator Moving Average untuk mengetahui posisi harga sesuai dengan arah trend yang sedang terjadi. Yang populer diterapkan dan dianggap cukup akurat adalah trading pada time frame Daily dengan indikator SMA-200 Day. Jika pergerakan harga berada di atas SMA-200 Day, maka trader cenderung buy. Dan sebaliknya, jika harga bergerak di bawah SMA-200 Day, maka trader cenderung sell.
Indikator SMA-200 Day juga bisa diterapkan bersama penggunaan RSI, seperti pada contoh chart EUR/USD di time frame Daily berikut ini:
Pada gambar di atas, SMA-200 Day berfungsi sebagai konfirmator trend pada pergerakan harga. Pada area A (warna merah), entry sell dilakukan saat indikator RSI memotong garis SMA-200 Day ke arah bawah, sementara pergerakan harga di bawah garis SMA-200 Day. Pada area B (warna hijau), entry buy dilakukan saat RSI memotong garis SMA-200 Day ke arah atas, sementara pergerakan harga di atas garis SMA-200 day.
Penggunaan indikator RSI seperti ulasan di atas, dapat trader sempurnakan dengan menonton video berikut ini.
Ketiga cara menggunakan indikator RSI tersebut bisa Anda uji coba pada beberapa pasangan mata uang di samping penggunaan RSI secara tradisional (sebagai indikator overbought dan oversold) dan penanda divergensi.