Kita semua tahu kenapa harga dalam pasar uang atau pasar modal bergerak. Ya, jawabannya adalah dikarenakan kegiatan jual beli dari pelaku pasar. Saat saham atau uang dijual maka harga akan tertekan turun. Hal tersebut dikarenakan penawaran/persediaan lebih besar dari permintaan. Sama halnya ketika banyak petani cabe yang sedang panen dalam waktu yang sama, maka harga cabe akan murah; sedangkan ketika jarang ada yang panen cabe dan persediaan dipasar sedang sedikit maka harga cabe akan sangat mahal. Hal itulah yang nantinya disebut sebagai bias dalam artikel ini.
Bias juga dapat diartikan sebagi cerminan pemikiran atau perkiraan terhadap pasar oleh buyer seller. Jika pelaku pasar memperkirakan suatu instrument pasar kedepan akan jelek, maka pelaku pasar tersebut akan cenderung melakukan sell pada instrument tersebut atau berperan sebagai seller. Sedangkan jika pelaku pasar memperkirakan suatu instrument pasar kedepan akan baik, maka pelaku pasar tersebut akan cenderung melakukan buy pada instrument tersebut atau berperan sebagai buyer. Lantas apa hubungannya bias dengan judul artikel diatas? Hubungannya adalah bias bergerak atas dasar acuan tertentu sesuai dengan analisa masing-masing pelaku pasar. Sebagai penggerak harga, bias sangat penting untuk dianalisa: atas dasar apa mayoritas buyer melakukan aksi buy, begitu juga seller.
Buyer seller yang dimaksud adalah pelaku pasar yang mampu mempengaruhi gerak harga. Siapakah mereka? Ya, mereka adalah trader mayor, trader mayor adalah sebagian besar trader yang melakukan tindakan yang sama (buy atau sell) sehingga membuatnya menjadi mayoritas dalam suatu pasar. Sedangkan trader minor adalah kebalikan dari trader mayor, pemikiran trader minor akan terkalahkan oleh trader mayor, sehingga sudah sepantasnya sikap trader mayor yang harus dikuti oleh para trader.
Beda lagi dengan trader pada broker ritel; mereka hanya dapat membuka posisi berdasarkan kontrak perbedaan harga seperti halnya CFD. Dana tidak dialokasikan pada instrument secara langsung, melainkan dititipkan kepada broker dan pekerjaan broker hanya memegang modal untuk dikalkulasi plus minusnya berdasarkan perbedaan harga posisi awal dan harga akhir instrument yang diperdagangkan. Karenanya, pemikiran trader ritel tidak akan menghasilkan bias sama sekali pada harga.
Akan tetapi, dengan keterbatasan tersebut bukan berarti trader ritel tidak mendapat kesempatan menganalisa dengan benar. Selama trader tetap mengacu pada acuan yang dipakai oleh trader mayor, maka pendekatan dan analisa yang dilakukan trader ritel akan menghasilkan profit dalam kalkulasi seluruh trading yang dilakukan; trader akan sering benar dari pada salah. Acuan trader mayor adalah acuan yang lebih sering diikuti harga daripada dilawan oleh harga. Untuk itu, pada artikel ini akan direkomendasikan beberapa acuan yang dapat digunakan untuk menganalisa saham atau CFD saham, silahkan amati gambar dibawah ini.
Terlihat pada gambar, gerak harga saham Apple yang selaras dengan data yang berada dibawahnya. Data tersebutlah yang menjadi rekomendasi acuan untuk menjadi dasar penentuan trend yang berlaku. Data tersebut adalah net income, gross profit, EBIT, net operating profit after tax. Jika dijelaskan satu persatu bagaimanakah definisi masing-masing data tersebut mungkin akan memakan waktu lama. Namun ada satu hal yang harus dijelaskan mengenai data-data acuan tersebut, yaitu bahwa data-data tersebut sangat berhubungan erat dengan keuntungan dari perusahaan dimana saham dan CFD saham yang sedang diperdagangkan.
Meski banyak sekali teknik atau teori dalam menganalisa saham dan CFD saham, namun kenyataannya harga lebih selaras dengan data-data yang berhubungan dengan keuntungan dari perusahaan. Hal tersebut dikarenakan bias yang dihasilkan pada harga, sebagian besar berhubungan dengan data yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan. Tidak ada penjelasan yang dapat menjelaskan kenapa hal tersebut terjadi, namun jika ditinjau dari gerak harga yang selalu mengikuti data tersebut, maka dapat disimpulkan mayoritas trader saham lebih mengikuti data-data tersebut daripada yang lain.
Menurut artikel ini, data tersebutlah yang dianggap cukup obyektif dalam menentukan acuan dalam trading saham/CFD saham. Memang trader bebas dalam menentukan apaun teknik dan acuan dalam menganalisa harga, namun jika terlalu subyektif dalam menganalisa justru akan menjerumuskan trader dalam kebangkrutan. Jika diamati dengan jeli, dalam gambar telah dipampangkan data fundamental yang menurut artikel ini sangat mendekati gerak harga; disaat data naik harga juga naik, disaat turun harga juga ikut turun. Simpel dan akurat, mungkin itu yang dicari oleh sebagian besar trader dalam mencapai konsistensi mencari keuntungan dalam dunia trading saham, CFD, ataupun instrumen yang lain.
Pada artikel ini tidak membatasi trader dalam menggunakan acuan fundamental, namun hanya memberikan gambaran dan rekomendasi acuan yang pada kenyataanya harga selaras dengan gerak acuan tersebut, sehingga trend pada data acuan tersebut dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam teknik apapun. Data yang digunakan tidak sebatas yang telah tercantum diatas, namun acuan yang dimaksud adalah semua yang berhubungan dengan keuntungan perusahaan yang saham atau CFD sahamnya diperdagangkan. Demikian artikel tentang acuan saham dan CFD saham semoga bermanfaat.