EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.280   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,368.46/oz   |   Silver 28.26/oz   |   Wall Street 37,753.31   |   Nasdaq 15,683.37   |   IDX 7,147.82   |   Bitcoin 61,276.69   |   Ethereum 2,984.73   |   Litecoin 80.17   |   USD/CHF temukan beberapa area support di atas level 0.9100 di tengah sentimen hati-hati, amati ketegangan geopolitik, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP turun di bawah level 0.8550 setelah data IHK Inggris beragam, fokus beralih ke inflasi zona Euro, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pratinjau IHK Inggris: Inflasi IHK Inggris melunak menjadi 3.2% di bulan Maret versus prakiraan 3.1%, 19 jam lalu, #Forex Fundamental   |   XAU/USD tetap stabil di atas $2,350 di tengah kewaspadaan pasar, 19 jam lalu, #Emas Teknikal   |   PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) kembali melakukan upaya untuk restrukturisasi utang. Kali ini, WSKT melakukan restrukturisasi kredit PT Waskita Fim Perkasa Realti untuk proyek Vasaka Solterra, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Investor asing memborong sejumlah saham, termasuk milik konglomerat Prajogo Pangestu TPIA-BREN dan Garibaldi Thohir ADMR-MBMA, saat IHSG anjlok, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Morgan Stanley (NYSE:MS) berencana untuk mulai memangkas sekitar 50 pekerjaan perbankan investasi di Asia, tidak termasuk Jepang, minggu ini, dengan sebagian besar ditujukan untuk Hong Kong dan Cina, 23 jam lalu, #Saham AS   |   Apple Inc (NASDAQ:AAPL) akan menjajaki kemungkinan untuk membangun fasilitas manufaktur di Indonesia, 23 jam lalu, #Saham AS

Trading Dengan Pola Rectangle

Penulis

Pola rectangle yang terbentuk pada akhir uptrend dinamakan bullish rectangle, dan yang terbentuk pada akhir downtrend dinamakan bearish rectangle.

Pola rectangle atau empat persegi panjang adalah salah satu dari pola pergerakan harga yang mengisyaratkan penerusan arah trend (trend continuation). Meskipun tidak selalu meneruskan arah trend atau kadang bisa juga terjadi pembalikan trend (trend reversal), tetapi kasus trend continuation lebih sering terjadi sehingga kemungkinannya lebih besar.

Pola ini muncul ketika kondisi trend sedang kuat, dan pada suatu waktu pergerakan trend terhenti dan berkonsolidasi pada level resistance dan support tertentu yang membentuk pola rectangle.

Dalam hal ini sebagian besar buyer yang menyebabkan harga bergerak naik atau seller yang menyebabkan harga bergerak turun menutup posisi buy atau sell-nya untuk mengambil keuntungan.

Namun demikian setelah beberapa waktu buyer atau seller tersebut masuk kembali dan trend pergerakan harga kembali berlanjut. Formasi pola rectangle ini mirip dengan pola flag (bendera), bedanya adalah pada periode konsolidasinya yang lebih panjang.

Ketika muncul pola seperti ini, Anda bisa siapkan strategi seperti berikut:

  • Saat pola yang muncul adalah bullish rectangle, tunggu sampai harga breakout ke level resistance baru. Ketika harga penutupan breakout candlestick berada diatas level resistance, lakukan entry buy di candle berikutnya.
  • Apabila yang muncul adalah bearish rectangle, tunggu sampai terjadi breakout dan harga menembus level support. Ketika harga penutupan breakout candlestick berada dibawah level support, lakukan entry sell pada candle setelahnya.

Simak pembahasan berikut ini untuk pemahaman yang lebih mendalam.

 

Membedakan Bullish Rectangle dan Bearish Rectangle

Ada 2 jenis pola rectangle yaitu bullish rectangle dan bearish rectangle. Pola rectangle yang terbentuk pada akhir uptrend dinamakan bullish rectangle, dan yang terbentuk pada akhir downtrend dinamakan bearish rectangle.

Cermati ilustrasinya berikut ini.Trading Dengan Pola

Dalam prakteknya, fase konsolidasi pada pola rectangle tidak harus berbentuk channel horisontal yang lurus, tetapi bisa agak miring atau membentuk sudut seperti gambar di atas.

Pola bullish rectangle menandakan bahwa terjadi penerusan uptrend, sedangkan pola bearish rectangle menandakan bahwa downtrend masih berlanjut. Lantas, apa langkah yang tepat untuk menindaklanjuti situasi semacam ini?

 

Trading dengan Pola Bullish Rectangle

Jika harga bergerak uptrend dan kemudian berganti sideways (ranging) maka kemungkinan akan membentuk pola bullish rectangle, yaitu jika terjadi breakout dan harga menembus level resistance.

Namun jika tidak terjadi breakout dan pergerakan harga berbalik arah maka akan membentuk pola double top. Berikut contoh pola bullish rectangle pada USD/JPY H4:
Trading Dengan Pola

Pola bullish rectangle bisa diidentifikasi dengan terbentuknya level resistance (1), level support (2) dan terjadinya breakout pada level resistance (3). Ketika harga penutupan breakout candlestick berada diatas level resistance, entry buy bisa dilakukan pada candle berikutnya.

Stop loss (SL) bisa ditentukan beberapa pip dibawah level support, dan target profit (TP) biasanya ditentukan sebesar tingginya rectangle atau sebesar jarak antara level resistance dan support. Dengan metode ini risk/reward ratio adalah sekitar 1:1.

Metode alternatif adalah setelah terjadi breakout dan level resistance berubah menjadi support, kita menunggu harga bergerak balik dan menguji (retest) level support tersebut. Jika harga tidak menembus level support maka kita bisa entry buy seperti pada contoh EUR/USD M15 berikut ini: Trading Dengan Pola

Untuk mendapatkan momentum entry yang lebih akurat bisa digunakan indikator teknikal semisal MACD atau indikator oscillator (RSI, stochastics), juga dengan memperhatikan formasi price action dari candlestick-nya. Seperti pada contoh diatas terbentuk formasi bullish engulfing ketika harga gagal menembus level support, yang menunjukkan sentimen bullish.

Dengan metode ini bisa diperoleh risk reward ratio yang cukup besar karena kita bisa menempatkan level stop loss (SL) pada beberapa pip dibawah level support, sementara target profit (TP) ditentukan sebesar tingginya rectangle atau sebesar jarak antara level resistance dan support seperti pada metode sebelumnya.

Tampak pada contoh diatas risk/reward ratio lebih besar dari 1:3.



Trading dengan Pola Bearish Rectangle

Kebalikan dari pola bullish rectangle, jika harga bergerak downtrend dan kemudian berganti sideways (ranging) maka kemungkinan akan membentuk pola bearish rectangle, yaitu jika terjadi breakout dan harga menembus level support.

Tetapi jika tidak terjadi breakout dan pergerakan harga berbalik arah maka akan membentuk pola double bottom. Berikut contoh pola bearish rectangle pada AUD/USD M30: Trading Dengan Pola

Ketika harga penutupan breakout candlestick berada dibawah level support, entry sell bisa dilakukan pada candle setelahnya. Stop loss (SL) bisa ditentukan beberapa pip diatas level resistance, dan target profit (TP) bisa ditentukan sebesar tingginya rectangle atau sebesar jarak antara level resistance dan support.

Dengan metode ini risk/reward ratio lebih kecil dari 1:1.

Metode alternatif adalah setelah terjadi breakout dan level support berubah menjadi resistance, kita menunggu harga bergerak balik dan menguji level resistance tersebut. Jika harga tidak menembus level resistance maka kita bisa entry sell seperti pada contoh indeks Nasdaq100 H1 berikut ini: Trading Dengan Pola
Level stop loss (SL) ditentukan beberapa pip diatas level resistance, dan target profit (TP) ditentukan sebesar tingginya rectangle atau sebesar jarak antara level resistance dan support seperti pada metode sebelumnya, sehingga dengan metode ini bisa diperoleh risk reward ratio yang lebih besar. Seperti pada contoh diatas risk/reward ratio sekitar 1:2.

 

Hal-Hal yang Harus Diwaspadai dalam Pola Rectangle

Secara umum, pola rectangle bisa dianggap sebagai salah satu pola yang cukup umum dalam analisis teknikal, dan trader sering menggunakannya untuk mengidentifikasi potensi peluang perdagangan. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada jaminan bahwa setiap pola rectangle akan memberikan hasil yang sama.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diwaspadai saat muncul pola rectangle:

  1. Gagal breakout: Pola rectangle hanya akan terbentuk apabila harga breakout ke level support/resistance. Artinya, Anda tidak boleh buru-buru entry sebelum memastikan breakout terjadi. Jika ternyata harga gagal breakout, maka yang terjadi adalah pembalikan harga.
  2. Potensi reversal: Secara historis, pola rectangle lebih sering berhasil terbentuk. Namun, selalu ada kemungkinan yang terjadi justru pembalikan.
  3. Top dan bottom: Pola rectangle baru bisa dikatakan terbentuk apabila ada setidaknya 2 top atau 2 bottom. Jika masih ada 1, maka belum tentu pola rectangle akan terbentuk.
  4. Volume Perdagangan: Amati volume perdagangan selama pembentukan pola rectangle. Biasanya, volume akan menurun selama periode konsolidasi harga. Volume yang meningkat saat harga keluar dari pola bisa menjadi indikasi kekuatan trend baru.
  5. Tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan entry: Pola rectangle bisa berlanjut ke penerusan trend atau justru pembalikan. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk memanfaatkan alat teknikal seperti indikator MACD, RSI, atau Stochastic, untuk mendapatkan momentum entry yang akurat.

 

Pola rectangle hanyalah satu dari sekian banyak pola yang dikenal dalam trading forex. Menurut pendapat banyak orang, pola ini adalah salah satu dari beberapa pola yang umum dan cukup sering ditemui di pasar forex.

263465
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.


Gono
Apa nggak riskan ya kalo pakai candle di bawah 1 jam?
Fani
Sepanjang resiko terkontrol, mo pakai candle menitan pun gak masalah brooo
Tanti Putri
Oh iya-ya. Kog masih pada berani beranalisa menggunakan time frame kecil gini. Gak kapok kali ya? Hehehehe..
Martin S
@ Gono:
Untuk pola candle dan formasi price action, bisa terjadi pada semua time frame dan valid, karena mencerminkan sentimen pasar. Hanya saja semakin rendah time frame akurasinya akan berkurang karena pada time frame rendah sering kali terjadi noise.
Yoki
Aku bilang sih mending ngambil posisi setelah koreksi pertama di dalam channel. Asal sebelumnya kita udah back test persentase suksesnya. Gak usah takut ambil resiko ahh.
Khoirul Wijayanto
Ini bukan masalah takut ato brani..say. Kecenderungan trader di indonesia adalah cepet pingin masuk pasar dan ambil untung. Chart seperti ini yang paling umum dipakai di luaran sono dan udah proven over time lah. So otomatis udah juga disertai dengan manajemen risiko yang ketat. Trader kita di sini paling senang mengutak-atik pola yang udah jadi. Ngapain sih? Udahlah..
Lila
Nggak ada keharusan di industri forex to..mas. Sah-sah aja asal para pelaku ato tradernya dah nyadar akibatnya. Nek saya sih..ambil netralnya gitu. Banyak kog yang trading gak seturut rule asli atau pola patokan..tetep bisa untung. Bukannya itu ujungnya?
Martin S
Entry pada saat breakout atau menunggu koreksi biasanya tergantung dari gaya trading yang erat hubungannya dengan type kepribadian masing-masing trader. Bagi trader yang cenderung agresif akan memilih strategi breakout, bukan yang menunggu koreksi (strategi Buy The Dip Dan Sell The Rally). Untuk keterangan lebih lanjut bisa baca: Kekuatan Dan Kelemahan Pribadi Dalam Trading
Unda
Susah juga ya. nemuin pola seperti itu. Kurang jeli salah-salah bisa loss tuh.
Reson
Itu gunanya latihan kang. Jangan sekali-kali masuk pasar, apalagi dengan akun riil, sebelum benar-benar terbiasa membaca pola chart seperti di atas. Dan justru di situlah menariknya mengamati pola. Tak ada yang benar-benar pas dan sesuai contoh chart di atas. Kembali pada pengalamaan masing-masing trader. Itu juga mengapa institusi-instistusi keuangan ternama di dunia masih membutuhkan manual trader. Tak percaya seratus persen pada sistem yang terotomasi (dengan robot).
Ddeni Kkan
Kalo main feel kog aku gak sreg ya bang. Kayak gak obyektif dalam menyikapi kondisi pasar. Dengan robot kita benar-benar diajar untuk melihat kondisi dengan apa adanya. Tanpa ada pengaruh pertimbangan sesaat atau bahkan tanpa pertimbangan sama sekali. Itulah yang aku suka dari robot.
Ramdan Halid
Hati-hati bang @ddeni..robot itu hanya alat bantu. Semua trader yang bertahan lama gak ada yang bergantung dengan robot. Apalagi yang sekali pasang trus ditinggal sebulan. Berharap begitu dibuka tuh komputer langsung profit bertumpuk? Melihat pola tuh mengasikkan lho bang. Coba aja deh.. ntar kan ketagihan..hehehehe
Toyib
Kerja cerdas donk. ngapain mantengin chart seharian. Asik sih asik..tapi kan banyak hal lain yang gak kalah menarik. Pake robot aja. Kalo kita kontrol resikonya bisa kog konsisten profit. Mungkin yang kebanyakan rontok karena pake robot itu karena rakus kali. Robot menjaga kekonsistenan sistem yang sudah kita rancang. Tau sendiri bukan? Godaan intervensi di tengah posisi yang sedang terbuka udah jadi rahasia umum kan? Belum lagi yang lebih parah..kita suka mengada-adain sinyal. Belum seharusnya sinyal muncul..ehh..kita sok-sok an lihat. Subyektifitas muncul..kacau deh sistem. Disiplin dilanggar.
Martin S
@ Toyib: Setahu saya robot tidak selalu bisa menghasilkan profit terus menerus, suatu ketika bisa juga loss beruntun secanggih apapun softwarenya, karena robot diprogram berdasarkan analisa teknikal dengan applikasi indikator yang sebagian besar bersifat lagging (lambat dalam merespon pergerakan harga). Yang baru memang ada yang diprogram juga dengan analisa price action, tetapi bisa gagal juga jika sentimen pasar tiba-tiba berbalik karena pengaruh faktor fundamental. Robot memang bisa membantu, tetapi jika sudah sering loss sebaiknya dievaluasi lagi atau di-backtest pada pasangan mata uang yang lain
Risti
Maaf kalau keliru, tapi kelihatannya pola rectangle yg dicontohkan di atas ada mirip sama flag pattern, karena ada flagpole dari tren sebelumnya. Cara membedakannya bagaimana ya?
Martin S
@ Risti: Memang bentuknya mirip dengan pola flag, tetapi ada perbedaannya, yaitu: - Flag selalu didahului oleh kenaikan atau penurunan harga yang tajam sebagai tiang atau pole-nya sementara rectangle tidak harus ada pole. Kalaupun ada pole biasanya tidak setajam (atau sepanjang) pole dari flag. - Flag biasanya mengisyaratkan penerusan arah trend (trend continuation) sementara pada rectangle kadang-kadang bisa terjadi pembalikan arah trend (trend reversal). - Bentuk flag biasanya miring kebawah untuk yang uptrend atau miring keatas untuk downtrend, yang mencerminkan pergerakan koreksi saat konsolidasi, sementara rectangle biasanya lurus, meski kadang bisa miring tetapi tidak terlalu curam. - Periode waktu pola rectangle bisa lebih panjang dibandingkan flag. Dalam hal ini flag biasanya disebut sebagai koreksi konsolidasi sesaat dan rectangle adalah periode konsolidasi, bisa sesaat atau dalam waktu yang lebih lama.