EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,330.24/oz   |   Silver 27.49/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,115.49   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 5 jam lalu, #Saham AS

Investasi Return Tertinggi 2016 Golongan Forex Dan Indeks

Penulis

Aset mana berhasil menjadi wahana investasi return tertinggi, dan mana yang memberikan return terburuk sedunia sepanjang setahun terakhir?

Berbagai peristiwa mewarnai dinamika pasar finansial dunia di tahun 2016. Gejolak pun mengoyak valuasi aset-aset investasi, mulai dari pasar saham, obligasi, hingga mata uang. Aset mana berhasil menjadi wahana investasi return tertinggi, dan mana yang memberikan return terburuk sedunia sepanjang setahun terakhir? Berikut ulasannya, dikutip dari data-data Bloomberg dan sejumlah media internasional lainnya.

Investasi Return Tertinggi 2016

 

Mata Uang Berperforma Terburuk

Mata uang mana bernasib paling buruk di tahun 2016? Lagi-lagi, mata uang negara berkembang mencatat rekor. Sepuluh besar mata uang berperforma terburuk, diisi oleh:

  1. Pound Mesir (EGP) -58.89%
  2. Dolar Suriname (SRD) -46.68%
  3. Bolivar Venezuela (VEF) -37%
  4. Naira Nigeria (NGN) -36.68%
  5. New Metical Mozambique (MZN) -33.27%
  6. Leone Sierra Leone (SLL) -27.34%
  7. Franc Kongo (CDF) -21.14%
  8. Tugrik Mongolia (MNT) -19.84%
  9. Kwanza Angola (AOA)-18.96%
  10. Franc Guinea (GNF) -17.71%

Performa buruk juga ditampilkan oleh Pounds lain, yaitu Pounds Inggris (GBP). Meski masih lebih baik ketimbang kesepuluh mata uang di atas, minus GBP merupakan yang terbesar diantara mata uang mayor. Berikut mata uang mayor berperforma terburuk versus Dolar AS tahun 2016:

  1. Pounds Inggris (GBP) -17.08%
  2. Euro (EUR) -4.31%
  3. Franc Swiss (CHF) -2.74%
  4. Dolar Australia (AUD) -1.62%
  5. Dolar New Zealand (NZD) +1.02%

Ingin tahu berapa besar perubahan IDR? Return Year-to-Date IDR/USD tercatat +3.11% per 30 Desember 2016.

 

Mata Uang Yang Jadi Investasi Return Tertinggi

Di sisi lain, kedudukan aset investasi return tertinggi di pasar forex disabet oleh mata uang digital Bitcoin, dengan rekor kenaikan lebih dari 100%. Mengetatnya Capital Control pemerintah China serta ketidakpastian di Inggris dan AS membuat makin banyak orang mengincar mata uang alternatif ini.

Sedangkan dari deretan mata uang resmi yang diakui pemerintah dan bank sentral dunia, berikut daftarnya:

  1. Rubel Rusia (RUB) +21.31%
  2. Real Brazil (BRL) +20.96%
  3. Paladium (XPD) +20.08%
  4. Krona Islandia (ISK) +14.42%
  5. Silver (XAG) +14.41%
  6. Kwacha Zambia (ZMW) +11.96%
  7. Rand Afrika Selatan (ZAR) +11%
  8. Loti Lesotho (LSL) +11%
  9. Dolar Namibia (NAD) +11%
  10. Lilangeni Swaziland (SZL) +11%

Rubel tertopang oleh kenaikan harga minyak akhir-akhir ini setelah tercapainya kesepakatan pemangkasan produksi. Sementara Real Brazil bangkit dari keterpurukan, karena presiden Michel Temer yang menggantikan Dilma Roussef diharapkan mampu mengakhiri resesi dan instabilitas politik. Sehubungan dengan itu mata uang ini sukses menjadi salah satu investasi return tertinggi di pasar forex.

 

Indeks Saham Yang Berikan Investasi Return Tertinggi Dan Terendah

Selain forex, aset investasi lainnya yang juga ramai ditradingkan adalah indeks saham. Indeks mana memberikan return paling jelek? Lima besarnya lagi-lagi dihuni pasar modal negara berkembang:

  1. Nigeria Stock Exchange All Share (Nigeria) -41.40%
  2. Indeks EGX 30 (Mesir) -27.65%
  3. Indeks GSE Composite (Ghana) -26.20%
  4. Indeks MSE Top 20 (Mongolia) -22.84%
  5. Shanghai SE Composite (Tiongkok) -18.64%

Indeks saham Nigeria mencerminkan kondisi negerinya yang di ambang resesi akibat diberlakukannya Capital Control dan maraknya perusakan pipa-pipa minyak.

Sedangkan bursa di negara-negara produsen minyak dengan kondisi keamanan lebih kondusif mampu menghadirkan investasi return tertinggi, termasuk:

  1. IBOVESPA INDEX (Brazil) +63.36%
  2. KASE Stock Exchange (Kazakhstan) +59.95%
  3. S&P/BVL Peru General Index TRPEN (Peru) +59.15%
  4. RTS Index $ (Rusia) +50.03%
  5. Indeks Karachi 100 (Pakistan) +43.05%

Di samping indeks Shanghai menjadi salah satu yang berperforma terburuk, indeks saham Asia lainnya pun loyo dengan Hang Seng (Hong Kong) dan TOPIX (Jepang) memberikan return nyaris nol. Namun demikian, indeks Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE) yang lebih akrab di telinga kita sebagai IHSG, masih mampu menggapai return Year-to-date 15.66% (1 Year Return 18.27%) per 30 Desember 2016.

Sebagai perbandingan, indeks yang lebih umum diperdagangkan dari bursa Amerika Serikat menampilkan performa moderat. Dalam ulasan pagi ini, Financial Times menyebutkan bahwa indeks S&P 500 bersiap mencatat rekor gain 11% sepanjang 2016, setelah mengawali tahun dengan nyemplung 10.5% pada bulan Februari. Swing sebesar 21.5% ini menandai pergerakan terbesar sejak tahun 2009.

Indeks unggulan yang digadang menawarkan investasi return tertinggi, Dow Jones Industrial Average (DJIA), ternyata hanya mencatat kumulatif sekitar 13.8%. Mirip dengan itu, FTSE 100 dari Inggris pun berada di ambang gain total 13.7% saat artikel ini ditulis. Berbeda dengan mata uangnya yang terpuruk, FTSE berperforma lebih baik ketimbang indeks dari bursa Eropa. Indeks Stoxx Europe 600 melorot 1.4% dalam setahun terakhir, sedangkan indeks DAX Jerman hanya naik 6.6%.

276920
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.