EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.82/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,124.84   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 1 jam lalu, #Saham AS

AUD/USD Rebound Abaikan Data Gaji Karyawan Australia

Penulis

Wage Price Index Australia hanya naik 0.5 persen saja pada April-Juni. Kondisi itu memang sesuai dengan ekspektasi, namun dapat mengancam inflasi Australia ke depan.

Seputarforex.com - Dolar Australia mencetak rebound tipis setelah dilaporkannya data Pertumbuhan Gaji (Real Wage Growth) Australia pada hari Rabu (16/Agustus) pagi tadi. Padahal, Pertumbuhan Gaji untuk kuartal kedua tersebut hampir mendekati level terendah dalam satu tahun. Kondisi ini dianggap dapat mengancam sektor belanja konsumen, yang dapat berujung pada makin terbebaninya inflasi Australia.

dolar-australia

Biro statistik ABS menunjukkan bahwa Wage Price Index Australia hanya naik 0.5 persen saja pada April-Juni. Kondisi itu sesuai dengan ekspektasi. Sedangkan pada kuartal sebelumnya, Wage Price Index Australia direvisi naik 0.6 persen.


Ancam Kenaikan Inflasi Australia

Pertumbuhan Upah Tahunan tertahan di level 1.9 persen, sekaligus tecatat sebagai rekor terendah. Angka itu separuh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan gaji yang dinikmati oleh para pekerja Australia satu dekade lalu. Saat itu, sektor pertambangan Australia memang sedang dalam puncaknya sebelum akhirnya mengalami boom.

Perlambatan tersebut dinilai akan dapat menimbulkan penurunan pada inflasi, yang akhir-akhir ini sudah duduk di bawah target RBA di kisaran 2-3 persen. Lemahnya inflasi konsumen (CPI) Australia pada tahun lalu, adalah alasan bagi RBA untuk menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali hingga 1.50 persen. Level suku bunga tersebut dipertahankan sampai saat ini.

"Stagnasi dalam Pertumbuhan Gaji tahunan... mendukung pandangan kami tentang rendahnya inflasi yang dapat berarti keengganan RBA untuk menaikkan suku bunga, seperti yang sudah diekspektasikan pasar." kata Paul Dales dari Capital Economics. "Dengan Upah Riil Masyarakat yang tercatat tak berubah dari tahun lalu, maka pertumbuhan konsumsi tentu akan melambat juga."


AUD/USD Akan Turun Tahun Depan

Menyusul laporan tersebut, AUD/USD diperdagangkan pada angka 0.7834, naik 0.15 persen dari level sebelumnya. Menurut Sally Auld dan Ben Jarmon dari JP Morgan, hingga semester kedua di tahun ini, Dolar Australia diperdagangkan pada kisaran US75¢-US78¢. Namun, pertengahan 2018 mendatang, AUD/USD akan ditradingkan menurun ke arah 0.72.

279920
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.