EUR/USD 1.088   |   USD/JPY 155.870   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.670   |   Gold 2,437.32/oz   |   Silver 32.51/oz   |   Wall Street 40,003.59   |   Nasdaq 16,685.97   |   IDX 7,317.24   |   Bitcoin 66,278.37   |   Ethereum 3,071.84   |   Litecoin 82.22   |   PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1.1 miliar dari capaian laba bersih tahun buku 2023, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp129.38 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp482.43 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,334, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,661 pada pukul 19:23 ET (23:23 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 40,179, 2 jam lalu, #Saham AS

Aussie Menggeliat Antisipasi Pengumuman Suku Bunga RBA

Penulis

Trader Dolar Australia masih mengkhawatirkan dampak wabah virus Corona, tetapi juga memerhatikan jadwal pengumuman suku bunga RBA besok pagi.

Seputarforex.com - Dolar Australia menggeliat tipis sekitar 0.2 persen di sekitar level 0.6700 terhadap Dolar AS dalam perdagangan hari ini (3/Februari). Sentimen risk-off yang dipicu oleh wabah virus Corona masih membayangi mata uang proxy Yuan China tersebut, tetapi pelaku pasar agaknya bereaksi positif menanggapi rencana peluncuran stimulus oleh People's Bank of China (PBoC). Selain itu, trader Aussie juga tengah menantikan pengumuman suku bunga RBA besok pagi.

AUDUSD Daily

Bursa saham China ambruk dalam perdagangan hari pertama seusai berakhirnya liburan Lunar New Year yang sempat diperpanjang oleh Beijing demi menanggulangi penyebaran wabah virus Corona. Namun, imbas internasional dari peristiwa itu tampaknya teratasi sementara oleh pengumuman PBoC untuk menggelontorkan stimulus lagi. PBoC menyatakan pihaknya akan menyuntikkan 1.2 Triliun Yuan ke dalam sistem keuangan melalui operasi repo, dalam upaya untuk meminimalisir risiko kemacetan likuiditas akibat kepanikan pasar.

Sejak awal merebaknya wabah virus Corona, AUD/USD telah merosot beruntun hingga terduduk di rekor terendah sejak 2 Oktober 2019 pada pekan lalu. Posisinya baru pulih tipis hari ini, tetapi belum mampu menghapus kemerosotan sebelumnya. Ke depan, pelaku pasar akan terus memantau perkembangan wabah. Selain itu, pengumuman suku bunga bank sentral Australia (RBA) juga bakal disoroti.

Mayoritas analis memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga tetap pada level 0.75 persen. Pertimbangannya, RBA telah memangkas suku bunga tiga kali sepanjang tahun lalu, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan awal tahun ini.

Meski demikian, RBA diperkirakan pula bakal menyampaikan pesan dovish yang mengarah pada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Pemangkasan suku bunga diperlukan sebagai langkah vital untuk mencegah perlambatan ekonomi akibat kebakaran hutan dahsyat yang melanda benua Australia, serta membendung efek samping ekonomi dari wabah virus Corona. Tak pelak, prediksi umum menyebut depresiasi Dolar Australia bisa jadi bakal terus berlanjut.

"RBA kemungkinan akan terdengar khawatir terhadap outlook ekonomi, dan karenanya terdengar semakin dovish," kata Antje Praefcke dari Commerzbank, "Ada ketidakpastian tinggi tentang bagaimana epidemi virus Corona berkembang dan efeknya terhadap (perekonomian) China saat ini tak mungkin diukur. Itu artinya, masa-masa ini kemungkinan akan tetap sulit bagi AUD."

291866
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.