EUR/USD 1.088   |   USD/JPY 155.870   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.670   |   Gold 2,437.32/oz   |   Silver 32.51/oz   |   Wall Street 40,003.59   |   Nasdaq 16,685.97   |   IDX 7,317.24   |   Bitcoin 66,278.37   |   Ethereum 3,071.84   |   Litecoin 82.22   |   PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1.1 miliar dari capaian laba bersih tahun buku 2023, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp129.38 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp482.43 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,334, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,661 pada pukul 19:23 ET (23:23 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 40,179, 3 jam lalu, #Saham AS

Dolar AS Melemah, Antisipasi Lonjakan Pengangguran Di New York

Penulis

Pelaku pasar mengantisipasi rilis data klaim pengangguran yang melonjak drastis hingga lebih dari 1.5 juta nanti malam. Akibatnya, Dolar AS lanjut melemah.

Seputarforex.com - Indeks Dolar AS (DXY) melorot lagi hingga lebih dari 0.5 persen ke kisaran 100.40-an sejak sesi Asia hingga awal perdagangan Eropa hari ini (26/Maret). Pelaku pasar masih menantikan pengesahan stimulus fiskal sebesar USD2 Miliar yang dijadwalkan masuk voting legislatif lagi nanti malam. Akan tetapi, investor dan trader juga mengantisipasi rilis data klaim pengangguran yang melonjak drastis. Sejalan dengan perkembangan ini, sentimen risk-on yang sempat mencuat kemarin, kini mulai mengendur kembali.

DXY Daily

Sebagaimana diketahui, parlemen AS kemarin dikabarkan telah menyetujui sebuah anggaran bipartisan sebesar USD2 Triliun untuk menalangi kemunduran ekonomi yang diakibatkan oleh epidemi virus Corona (COVID-19). Akan tetapi, anggaran tersebut masih dalam proses pengesahan di parlemen dan belum dapat dicairkan. Sementara itu, sejumlah negara bagian AS menunjukkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan dan pasokan APD yang sepadan dengan pesatnya pertumbuhan kasus infeksi COVID-19.

Berita pemutusan hubungan kerja juga semakin ramai diperbincangkan, khususnya pada bisnis layanan non-esensial seperti restoran, bar, dan perhotelan. Dalam analisis preliminer minggu lalu, ekonom mengingatkan bahwa klaim pengangguran di seantero Amerika Serikat bisa melonjak signifikan hingga mencapai lebih dari 1.5 juta dalam rilis data pekan ini.

"Kantor pendaftaran untuk Ohio, Pennsylvania, dan Connecticut melaporkan pendaftaran klaim pekan ini sebanyak enam hingga 14 kali lebih tinggi dibanding pekan yang sama tahun lalu," kata Conrad DeQuadros dari Brean Capital New York, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Seperempat dari semua pendaftaran klaim adalah di dua negara bagian, New York dan California. Dikarenakan laporan preliminer untuk beberapa negara bagian, klaim pengangguran Kamis depan (hari ini -red) bisa menunjukkan data klaim awal lebih dari 1.5 juta."

Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar bersikap ambivalen terhadap Dolar AS. Di satu sisi, Dolar AS merupakan mata uang cadangan devisa dunia yang statusnya hampir selalu lebih aman dibanding aset-aset berkarakter high risk. Di sisi lain, Amerika Serikat dikhawatirkan berada di tepi jurang resesi. Apalagi bila New York benar-benar menjadi episentrum baru bagi epidemi COVID-19, seperti disebutkan dalam peringatan WHO baru-baru ini.

Ambivalensi tampak dalam pergerakan pasangan mata uang mayor. Saat berita ditulis, USD/JPY longsor lagi hingga nyaris 1 persen ke kisaran 110.15-an, sedangkan USD/CHF ambruk sekitar 0.5 persen ke kisaran 0.9720-an.

292445
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.