Yen sedikit tertekan terhadap Dolar AS di awal sesi perdagangan Jumat (15/01) pagi ini sementara mata uang-mata uang mayor lainnya, seperti Dolar Australia, menampilkan rebound dalam skala sedang berkat berbaliknya sentimen risiko di Wall Street dan harga minyak yang mulai meninggalkan level rendahnya.
Greenback berhasil melompat sedikit ke atas level 118.00 yen, tertarik makin jauh dari level rendah 116.70 yang tersentuh di hari Senin. Sementara itu, Euro melangkah naik ke level tinggi satu minggu di angka 128.75 yen sebelum akhirnya kembali tertekan turun ke posisi 128.24.
Tanpa Katalis, Fokus Ke China
Menurut catatan analis BNP Paribas kepada kliennya, sementara belum ada katalis yang jelas untuk sentimen peningkatan risiko, kembalinya stabilitas relatif CNY kemungkinan akan berkontribusi pada menurunnya ketegangan pasar. Diketahui Yuan telah terdepresiasi lebih dari satu persen sejak permulaan tahun dan telah menurun hingga 4.7 persen terhadap Dolar AS tahun lalu.
Devaluasi Yuan pada pekan lalu sempat mengakibatkan kepanikan pasar, akan tetapi pada pekan ini pemerintah China tampaknya tidak membuat kebijakan yang drastis lagi pada mata uang mereka sehingga pasar pun kalem.
Dolar Australia - yang berdampak tinggi terhadap pergolakan ekonomi China - sempat naik ke level 0.6990 per Dolar AS pada sesi perdagangan sebelumnya, lalu kembali turun ke level 0.6967 pagi ini. Tidak ada data ekonomi yang dirilis dari wilayah Asia pagi ini, sehingga fokus tertuju pada China.
Di sisi lain, Euro tertekan terhadap Greenback di bawah level $1.0900 dari level tinggi satu sesi di posisi $1.0943. EUR/USD kemudian bertengger di posisi $1.0870. Dalam notulen rapatnya yang terbit sore kemarin, Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan bahwa masih ada kemungkinan kebijakan longgar akan ditambah, tapi mereka tak yakin pelonggaran tersebut dibutuhkan dalam waktu dekat.