Dolar AS mencapai level tinggi sembilan bulan terhadap Euro dan mata uang-mata uang mayor lainnya pada Selasa malam tadi setelah rilisnya data perumahan AS.
Departemen Perdagangan AS mengumumkan bahwa data housing starts untuk bulan Juli mengalami kenaikan 15.7 persen dengan laju tahunan 1.09 juta unit pada bulan Juli. Angka tersebut lebih tinggi daripada ekspektasi para analis Reuters yang memperkirakan kenaikan sebanyak 969,000 unit. Dengan demikian, para investor pun makin perhatian akan sinyal-sinyal kenaikan suku bunga The Fed.
Data tersebut juga mendorong jatuh Euro di bawah support mayor di posisi $1.3330, menuju level rendah sembilan bulan di $1.3313. Mata uang tunggal tersebut diperdagangkan pada $1.3321, sekaligus menjadi keterpurukan Euro sejauh 5 persen dari puncak yang telah dicapai selama dua setengah tahun pada bulan Mei lalu.
Aksi balas-membalas sanksi yang terjadi antara Blok Barat Dan Rusia, juga turut berkontribusi terhadap melemahnya Euro. Meski begitu, pada dasarnya pemulihan ekonomi Zona Euro memang sangat lemah. Negara-negara di bagian selatan Zona Euro sedang berjuang keras untuk menyusun kebijakan fiskal yang ditujukan untuk mengurangi beban utang mereka.
Menurut Kyosuke Suzuki, Direktur Valuta Asing di Societe Generale, yang diwawancarai oleh Reuters, "Euro memang sedang melemah. Investasi ke Zona Euro mungkin tersendat. Jadi bukan tidak mungkin Euro akan tenggelam lebih dalam di bawah $1.30"