Seputarforex.com - Dolar AS bergerak beragam dengan kecenderungan melemah terhadap mata uang-mata uang mayor pada Rabu (13/Des) hari ini, memasuki sesi Eropa. Sembari menantikan hasil rapat FOMC dini hari nanti, kabar dari politik AS jadi agak memberikan pengaruh terhadap gerak mata uang yang juga disebut dengan Greenback tersebut.
Partai Demokrat memenangi pertarungan sengit dalam memperebutkan kursi Senat AS untuk negara bagian Alabama yang biasanya dikuasai oleh Partai Konservatif, sehingga cukup banyak mengurangi suara Partai Republik yang sekarang menjadi mayoritas di Senat.
Berkurangnya suara Republikan di Senat kemungkinan akan mempersulit Presiden Donald Trump dalam upayanya meloloskan Undang-Undang yang memuat rencana pemotongan pajak, serta agenda-agenda ekonomi lainnya.
Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya, tergelincir 0.15 persen ke angka 93.941 setelah mengalami kenaikan ke angka 94.219 pada hari Selasa lalu, tertinggi sejak tanggal 14 November.
USD/JPY tampak tergelincir serendah 0.2 persen ke angka 113.34 setelah mencapai level tinggi empat minggu di angka 113.75 pada hari Selasa kemarin. EUR/USD mendapat perolehan 0.15 persen ke angka 1.1757 setelah tergelincir ke angka 1.1717 sehari sebelumnya. Namun, saat berita ini ditulis, EUR/USD jeblok ke angka 1.1742 dalam time frame H1.
Selasa malam kemarin, data PPI AS dilaporkan lebih kuat daripada ekspektasi, sehingga menjadi tambahan energi bagi Dolar yang memang sedang ditopang oleh kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
Pasar Tak Yakin Fed Hike Bisa Tiga Kali Tahun Depan
Kendati para pembuat kebijakan di The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga (Fed Hike) sebanyak tiga kali lagi tahun depan, tapi pasar memperkirakan hanya akan dua kali. Alasannya, lambannya inflasi AS saat ini lambat laun akan menjadi penghalang bagi pengetatan moneter.
"Walaupun trend inflasi masih mungkin menunjukkan kenaikan, tetapi belum jelas apakah itu dapat cukup meyakinkan para anggota The Fed yang dovish, yang biasanya memperhatikan inflasi (untuk tetap menyuarakan kenaikan suku bunga tahun depan)." kata Shin Kadota, analis Barclays yang diwawancarai oleh Reuters.