EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,337.93/oz   |   Silver 27.49/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,155.78   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 6 jam lalu, #Saham AS

Dua Pentolan The Fed Ini Sependapat Suku Bunga Harus Dinaikkan Pertengahan Tahun Depan

Penulis

Kebijakan super longgar yang diterapkan oleh The Fed, jika dilakukan terlalu lama dapat memiliki konsekuensi yang merugikan dalam jangka panjang, meskipun risiko terbesarnya tidak sampai melenyapkan inflasi. Hal itu diungkapkan oleh dua pejabat tinggi The Fed pada hari Selasa (20/05) dini hari tadi.

Kebijakan super longgar yang diterapkan oleh The Fed, jika dilakukan terlalu lama dapat memiliki konsekuensi yang merugikan dalam jangka panjang, meskipun risiko terbesarnya tidak sampai melenyapkan inflasi. Hal itu diungkapkan oleh dua pejabat tinggi The Fed pada hari Selasa (20/05) dini hari tadi.

williams_fisher_the_fed
Salah satunya adalah Presiden The Fed untuk wilayah San Fransisco, John Williams. Setelah menghadiri konferensi di Dallas, Williams mengatakan kepada reporter Reuters bahwa salah satu risiko terbesar yang ada adalah melambungnya harga aset menjadi sangat tinggi akibat suku bunga yang rendah. Dengan kata lain, para investor didorong untuk mengambil terlalu banyak risiko.

Efek Samping Pasca Pemulihan Justru Merapuhkan

Seperti yang telah diketahui, tahun ini The Fed telah mengurangi pembelian obligasi secara masif sebagai stimulus dan akan menaikkan suku bunga acuannya dari kisaran nol persen sekitar tahun depan. Menurut Williams, seiring dengan normalisasi kebijakan The Fed tersebut, maka kewaspadaan juga dibutuhkan untuk mengantisipasi adanya distorsi yang mungkin menyertai.

"Kami tidak melihat adanya aksi ambil untung yang terlalu berlebihan saat ini. Namun bisa saja hal itu dapat terjadi setelah termanifestasi. Kita tentu tidak menginginkan timbulnya 'efek samping' pasca pemulihan ekonomi. Karena yang demikian itu bukanlah memulihkan melainkan merapuhkan." tutur Williams.

Richard Fisher Khawatirkan Rendahnya Volatilitas Di Pasar

Presiden The Fed untuk wilayah Dallas, Richard Fisher, mengamini pernyataan Williams tersebut. "Tentu sulit untuk mengetahui dengan pasti sesuatu yang akan terjadi di masa depan." ungkap Fisher dalam kaitannya dengan adanya kemungkinan krisis yang terjadi di masa depan."

Fisher menambahkan bahwa reaksi pasar selalu berlebihan. Fisher khawatir bahwa volatilitas pasar akan terlalu rendah. Rendahnya volatilitas menunjukkan bahwa para investor telah terlalu puas pada kemungkinan perubahan kebijakan dalam perekonomian.

Williams sebagai salah seorang anggota pembuat kebijakan sentris, setuju dengan pendapat Fisher yang terkenal hawkish. Beliau menyatakan bahwa pasar obligasi sedang berjuang untuk memastikan apakah kebijakan suku bunga rendah yang terlalu lama dalam sejarah ini telah dianggap sebagai hal yang normal atau tidak. Williams mengatakan bahwa dia yakin jika The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari semester kedua 2015. Selain itu, ia juga memprediksi bahwa kenaikan suku bunga nantinya akan dilakukan secara bertahap.

178356
Penulis

SFN merupakan hasil kerjasama beberapa personel tim Seputarforex untuk mengulas berita-berita terkini di bidang forex maupun saham.