Menjelang rapat dewan gubernur ECB hari Kamis mendatang, Euro terus membubung tinggi, sementara para pejabat ECB berada di bawah tekanan kuat untuk menggenjot stimulus lagi. Namun, tak sedikit partisipan pasar yang meragukan bank sentral Eropa tersebut akan sungguh-sungguh melonggarkan instrumen-instrumen moneternya lebih lanjut.
Suku Bunga Negatif Bisa Jadi Sia-Sia
Banyak pihak mewanti-wanti agar ECB tak "hanyut" dalam pelonggaran moneter yang tak ada hentinya (sebagaimana terjadi di Jepang). Dari dalam ECB, penentangan keras digemakan oleh Jerman, sementara dari luar pun tak kalah ramainya. Selain karena stimulus yang semakin besar dinilai memberikan manfaat yang tidak sebanding dengan risiko currency war yang bisa ditimbulkannya, sebagian mengingatkan bahwa suku bunga negatif bisa jadi sia-sia.
Dalam sebuah riset Bank of International Settlements (BIS) yang dikutip oleh Financial Times disebutkan bahwa bank-nya bank-bank sentral Dunia tersebut menilai pemangkasan suku bunga bisa jadi tak lagi menggairahkan perekonomian apabila angkanya sudah melintasi nol (suku bunga negatif).
Dengan menetapkan suku bunga rendah, bank sentral mengharapkan bank-bank umum tidak menyimpan dananya di aset finansial, melainkan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit agar perekonomian bergairah. Suku bunga rendah itu sendiri oleh bank-bank umum bisa dibebankan pada nasabah penabung, sehingga profitabilitas terjaga. Namun, apabila suku bunga negatif diterapkan, maka bank umum praktis tidak mungkin menetapkan bunga negatif juga pada para nasabah deposan-nya. Disini, BIS khawatir bahwa jika bank-bank umum yang dikenai suku bunga negatif oleh bank sentral kemudian tidak bisa membebankan suku bunga negatif itu kepada nasabah, maka nantinya bank-bank umum justru akan makin mempersulit pemberian kredit karena profitabilitas mereka menurun.
Risiko Bila Tak Melakukan Apa-Apa
Menanggapi suara-suara kontra tersebut, para pejabat dovish ECB terus berusaha mengimbau agar pasar tetap optimis dan percaya pada stimulus moneter yang diharapkan akan membangkitkan Zona Euro dari kelesuan. Bahkan presiden ECB, Mario Draghi, mengatakan di awal tahun ini, "Mereka memperingatkan kita tentang efek samping dan risiko dari melakukan apa yang kita lakukan sekarang. Namun, saya tak pernah mendengar adalah mereka mendiskusikan tentang apa risikonya (bila kami) tidak melakukan apa-apa."
Memang, tak sedikit faktor-faktor yang menuntut ECB untuk memberikan stimulus lebih kencang ke perekonomian Eropa. Diantaranya:
- Inflasi selama setahun terakhir tak pernah melampaui angka 0.3%, dan bahkan Februari tercatat -0.2 (YoY) alias deflasi.
- Pertumbuhan ekonomi masih stagnan; dalam dua kuartal terakhir 2015, angka GDP tetap 0.3%.
- Perlambatan ekonomi dunia dengan terhentinya pemulihan ekonomi AS dan berlanjutnya perlambatan di China.
Disini jelas, jika pilihan para pejabat ECB adalah antara memberikan stimulus lebih banyak atau tidak bertindak apa-apa; maka risiko pilihan nomor satu itu lebih rendah dibanding nomor dua.
ECB Versus Harapan Pasar
Masalahnya bagi Euro adalah, apakah keputusan rapat ECB kelak akan cocok dengan harapan pasar? Dalam hal ini, mereka punya track record buruk.
Perkiraan pasar saat ini menyebutkan, ECB akan memangkas suku bunga deposit antara 10-20 basis poin dan atau meningkatkan program QE hingga sebanyak 20 milyar ke 80 milyar dari 60 milyar Euro per bulan saat ini. Namun pada dasarnya, langkah yang bisa diambil ECB bukan itu saja. Diantara alternatif lain yang juga bersifat stimulus moneter namun diluar harapan pasar adalah memperpanjang masa pembelian obligasi, menjalankan program TLTRO baru, dll.
Intinya, banyak yang bisa dilakukan ECB pada Kamis besok yang bisa mengakibatkan Euro anjlok, ataupun sebaliknya, mendadak melonjak.
Beberapa analis justru menilai ECB bisa saja "mengecewakan" pasar lagi dengan mengambil langkah berbeda dengan ekspektasi pasar, sebagaimana yang dilakukannya pada Desember 2015. Tim pakar dari bank kawakan Credit Suisse secara eksplisit menyatakan ada kemungkinan besar insiden ketika rapat ECB Desember akan terulang, dan karenanya cenderung untuk buy EUR/USD sebelum keputusan diumumkan. Senada dengan itu, analis Danske Bank juga mengharapkan EUR/USD akan tertekan menjelang rapat, tetapi bergerak lebih tinggi setelah pengumuman.
Richard Perry dari Hantec Markets pun menuliskan dalam catatannya yang dikutip MarketWatch, "Ini agak mirip dengan rapat (ECB) Desember, ketika pasar memperhitungkan pemangkasan (suku bunga sebesar) 20 basis poin dan pembelian aset bulanan tambahan. Trader kecewa dan Euro reli 300 pip dalam sehari. Apakah pasar kali ini telah lebih siap (menghadapi hal semacam itu)?"