Defisit perdagangan Jepang dilaporkan membengkak empat kali lipat pada bulan Maret. Hal ini disebabkan oleh lambannya pertumbuhan dan impor energi yang terus melangit. Lemahnya mata uang Jepang menyebabkan biaya impor melambung dan memperlebar gap harga.
Defisit Jepang menanjak dari 356.9 miliar yen menjadi 1.45 triliun yen dalam bulan yang sama satu tahun yang lalu. Impor energi Jepang melonjak setelah ditutupnya reaktor nuklir utama Jepang akibat musibah gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Menurut data perdagangan terbaru, impor elpiji di Jepang mengalami peningkatan sebanyak 8% pada bulan Maret dibandingkan dengan bulanyang sama tahun lalu. Sedangkan, impor gas alam atau LNG negara matahari terbit ini mengalami kenaikan hampir 4%.
Jepang memang harus membayar lebih pada barang-barang impor menyusul serangkaian penerapan kebijakan agresif yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah dengan melakukan pelonggaran suplai uang secara besar-besaran. Dampaknya, membuat nilai Yen terjun bebas.
Mata uang Jepang tercatat telah merosot mendekati 10% terhadap Dolar AS dalam rentang waktu antara Maret 2013 hingga Maret tahun. Secara keseluruhan, impor Jepang untuk bulan Maret 2014 ini, telah melonjak sebanyak 18.1%. Sementara ekspornya, hanya mengalami kenaikan tahunan sebanyak 1.8%.