Dolar Australia menguat terhadap Dolar AS hingga melampaui 0.88 setelah mata uang Amerika Serikat tersebut mengalami penurunan akibat lemahnya data ekonomi Paman Sam. Ketidakpastian mengenai suku bunga AS serta tumbuhnya kekhawatiran terhadap virus Ebola, juga menjadi dua faktor yang membebani kenaikan Greenback.
Dolar Australia sempat melonjak sebanyak 1.7 persen ke level tinggi overnight hingga mencapai 0.8859, sebelum kehilangan perolehannya meski masih di kisaran 0.88 pada hari Kamis (16/10) pagi ini.
Kepala pasar global Australia, Jon Linton, mengatakan bahwa aksi jual dipicu oleh sejumlah faktor yang bisa-bisa dapat mendatangkan kesulitan belakangan. Menurut Linton, Dolar AS melemah terhadap mata uang-mata uang lain di tengah tingginya volatilitas yang terjadi malam tadi.
Di samping itu, spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya tahun depan menyebabkan Dolar AS reli untuk beberapa minggu. Namun malam tadi, laporan mengenai data penjualan retail yang meleset daripada ekspektasi, membuat Dolar AS melemah. Penguatan Dolar AS juga menjadi perhatian para pejabat The Fed, dimana ada kekhawatiran bahwa Dolar AS yang terlalu kuat akan mengganggu pertumbuhan ekonomi.