Harga-harga di New Zealand dilaporkan jeblok untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, pada bulan Desember 2014 lalu. Dilaporkan oleh Biro Statistik New Zealand pada Rabu (21/01) pagi ini, indeks CPI New Zealand jatuh 0.2 persen pada bulan Desember atau pada kuartal akhir 2014. Sementara inflasi tahunan melorot 0.8 persen, yang artinya, di bawah target Bank Sentral New Zealand (RBNZ) yang sebesar 1-3 persen.
Lampu Kuning Bagi Kenaikan OCR
Kondisi ini mengindikasikan adanya sedikit tekanan pada inflasi, sehingga RBNZ harus mempertimbangkan kembali jika ingin menaikkan suku bunganya lagi dalam waktu dekat. Sejumlah ekonom saat ini mengaku cukup penasaran, jika secara struktural inflasi yang rendah dapat memungkinkan RBNZ untuk menahan suku bunga OCR hingga tahun 2016, namun bagaimana jadinya jika inflasi New Zealand berada di bawah target seperti yang terjadi sekarang ini.
Para ekonom secara konsensus memperkirakan kemelorotan 0.1 persen untuk kuartal akhir 2014 lalu dan inflasi tahunan akan mencapai 0.9 persen. Sedangkan perkiraan yang dirilis oleh RBNZ bersama dengan kebijakan moneternya Desember lalu, menyebutkan bahwa inflasi pada kuartal akhir kemarin akan menjadi 0.1 persen dan inflasi tahunan akan naik hingga 1.0 persen.
Para analis juga memprediksikan bahwa kenaikan suku bunga RBNZ berikutnya untuk tahun ini kemungkinan besar akan ditunda sampai 2016. Lagipula, tekanan deflasi yang sedang dialami oleh Eropa dan lambannya ekonomi China, menjadi tambahan alasan bagi RBNZ untuk tak tergesa menaikkan suku bunga.
Akibat laporan ini, Dolar New Zealand pun terbenam, dengan NZD/USD yang terempas 1.84 persen ke posisi 0.7637 di level yang lebih rendah sejak tanggal 09 Desember.
