Euro memulai sesi Asia pada hari Senin (26/01) ini dengan keterpurukan. Partai anti-austerity Yunani, Syriza, yang dipimpin oleh Alexis Tsipras dipastikan memenangi suara terbanyak dalam Pemilu yang digelar pada hari Minggu kemarin. Meski demikian suara yang diperoleh saat ini diperkirakan masih bisa bertambah, demikian proyeksi yang dilaporkan lembaga resmi Kementerian Dalam Negeri Yunani.
Euro melemah ke level rendah 11 tahun terhadap Dolar AS pada hari ini dengan EUR/USD yang menurun 0.4 persen ke posisi 1.1162 pada pukul 09:53 pagi di Tokyo setelah merosot ke 1.1098.
Partai Syriza berkomitmen untuk kembali melakukan negosiasi atas utang obligasi Inggris sebesar 240 miliar Euro yang dianggap telah menyebabkan kekacauan pasar dan membahayakan tindakan untuk menyediakan lebih banyak dana bagi negara tersebut.
Pasar Sensitif Risiko
Menurut Toshiya Yamauchi, dari Ueda Harlow yang diwawancarai oleh Bloomberg, tekanan penjualan Euro akan terus berlanjut sehubungan dengan penolakan Yunani terhadap program austerity serta meningkatnya kemungkinan keluarnya Yunani dari Zona Euro. Menurut Yamauchi, saat pasar sangat sensitif pada risiko.
Sejak pekan lalu, Euro jeblok ke level rendah 11 bulan terhadap Dolar AS dan mencapai level rendah tujuh tahun terhadap Sterling, sehari setelah Bank Sentral Eropa (ECB) meluncurkan program pelonggaran kuantitatif (QE) berupa pembelian obligasi untuk menanggulangi rendahnya inflasi di Area Euro.