Seputarforex.com - Terbatasnya penguatan Dolar AS di perdagangan antar bank Senin (20/Feb) hari ini membuat Rupiah menguat. Nilai tukar Rupiah mencapai Rp13,343 per Dolar AS, empat poin lebih kuat daripada sebelumnya. Menurut pakar mata uang yang dikutip oleh Antaranews, kebijakan fiskal yang tak kunjung dirilis oleh Presiden baru AS, Donald Trump, membuat pasar kecewa.
Di samping itu, optimisme Bank Indonesia terhadap harga komoditas berhasil menekan defisit neraca berjalan jadi lebih rendah daripada ekspektasi. Dampak lainnya, fluktuasi mata uang Rupiah jadi stabil, bahkan ada indikasi penguatan.
Namun, inflasi pada bulan Februari 2017 menjadi penghalang apresiasi mata uang Indonesia ini. Inflasi Indonesia diprediksi akan mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik. Tak hanya itu, ketidakpastian politik, khususnya Pemilu Gubernur di Ibu kota, turut menyumbang ketidakpastian yang menahan laju penguatan Rupiah. Spekulasi reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo melengkapi gejolak politik dalam negeri.
Kendati begitu, investor tak perlu berkecil hati. Pelemahan Rupiah diperkirakan tak akan signifikan karena masih ditopang oleh turunnya defisit neraca berjalan, masuknya investasi asing ke pasar obligasi, hingga penilaian Moody's yang cukup positif pada Indonesia.
Faktor Eksternal Dari The Fed
Jangan lupa adanya notulen rapat The Fed pada minggu ini. Testimoni dari Ketua The Fed, Janet Yellen, minggu lalu jelas mengharapkan kenaikan suku bunga The Fed secepatnya. Namun, pejabat-pejabat yang lain masih direspon bias oleh pasar dan ada perkiraaan kenaikan suku bunga AS lebih akan dilakukan pada bulan Mei daripada bulan Maret. Hal ini, menurut Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, dapat menahan laju penguatan Rupiah.