EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,324.02/oz   |   Silver 26.87/oz   |   Wall Street 37,903.29   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,132.33   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 1 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Berusaha Menanjak Meski Ranjau Bearish Berserak

Penulis

Harga minyak terus bertahan dalam posisi rebound tersebut meski rencana pembekuan produksi belum juga terwujud dan perampingan produksi AS berjalan lebih lambat dibanding perkiraan.

Setelah turun lebih dari dua persen pada hari Senin, harga minyak mentah kembali berusaha menanjak pada sesi perdagangan Asia hari ini (26/4) meski bank-bank pelaku perdagangan komoditas utama menyatakan bahwa rebound harga minyak telah mengingkari dasar fundamentalnya.

ilustrasi

Harga minyak sempat mencapai harga rekor tinggi $100 per barel di pertengahan tahun 2014, tetapi kemudian berbalik terjun hingga menyentuh $30 pada awal tahun 2016 ini akibat melimpahnya surplus pasokan. Namun demikian, sejak akhir Februari, harga minyak mentah telah naik sekitar 30 persen karena didorong oleh merampingnya produksi AS dan maraknya spekulasi seputar rencana pembekuan produksi oleh OPEC.

Akan tetapi, harga terus bertahan dalam posisi rebound tersebut meski rencana pembekuan produksi belum juga terwujud dan perampingan produksi AS berjalan lebih lambat dibanding perkiraan. Saat berita ini diangkat, harga acuan Brent berada pada kisaran $44.91, sedangkan WTI di sekitar $43.04 per barel.

 

Khawatir Kehilangan Momentum

Analis di Morgan Stanley menengarai peningkatan harga minyak baru-baru ini disebabkan oleh aktivitas investasi komoditas dan aksi beli investor yang khawatir kehilangan momentum, padahal sebenarnya fundamental tetap bearish dan nampak akan makin memburuk seiring meningkatnya harga.

Sementara itu laporan sektor perminyakan Barclays menyebutkan bahwa bank kawakan tersebut belum yakin harga minyak akan tetap berada pada levelnya saat ini (di atas level $40) atau bergerak lebih tinggi. Menurut mereka, reli harga minyak bisa sontak terhenti kapan saja karena produksi minyak, terutama di Asia, tetap melimpah dan beberapa negara pengimpor gasolin kini malah mulai melakukan ekspor.

Meskipun reli yang tak berbasis fundamental yang jelas bisa berlangsung selama beberapa bulan, tetapi Morgan Stanley memandang kemunduran kondisi ekonomi makro bisa mengakibatkan aksi jual besar-besaran dikarenakan penempatan posisi investor dan sifat pelaku pasar dalam reli ini.

 

Posisi Long Minyak Meningkat

Data pasar pekan lalu menunjukkan bahwa posisi trading yang bertaruh pada kenaikan harga minyak mentah AS telah meningkat ke level tertinggi sejak Juni 2015, sedangkan posisi short pada komoditas yang sama telah merosot ke level terendah dalam tahun ini. Chart harga minyak sebenarnya nampak sideways, tetapi pelemahan Dolar menjelang rapat dewan kebijakan moneter bank sentral AS besok membuat komoditas-komoditas yang diperdagangkan dalam denominasi Dolar menjadi lebih atraktif bagi pengguna mata uang lainnya.

Di sisi lain, hasil polling Reuters memperkirakan akan ada peningkatan persediaan minyak mentah AS sebanyak 2.3 juta barel dalam laporan EIA hari Rabu besok. Perusahaan riset Genscape juga melaporkan bahwa persediaan minyak di titik pusat penyimpanan dan distribusi Cushing, Oklahoma, bukannya menurun tapi malah meningkat sebanyak 1.5 juta barel dalam sepekan yang berakhir tanggal 22 April.

 

263453
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.