EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,313.96/oz   |   Silver 27.53/oz   |   Wall Street 38,908.73   |   Nasdaq 16,349.25   |   IDX 7,166.81   |   Bitcoin 63,161.95   |   Ethereum 3,062.73   |   Litecoin 80.79   |   USD/JPY naik ke dekat 154.00 di tengah membaiknya dolar As, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD: Pembeli Pound Sterling ragu-ragu karena level kunci masih kokoh, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Pound Sterling kembali melemah saat fokusnya bergeser ke keputusan kebijakan moneter BoE, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   RBA mempertahankan pengaturan kebijakan, pasar mencermati komentar para gubernur bank sentral, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Indika Energy Tbk. (INDY) menetapkan dividen tunai sebesar $30 juta atau sekitar Rp480 miliar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 3.6% ke level Rp575 per unit, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Remala Abadi Tbk. (DATA) naik 34.04% atau nyaris menyentuh ARA usai resmi mencatatkan saham perdana di BEI pada hari ini, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil di 5,205, sementara Nasdaq 100 turun sedikit menjadi 18,184 pada pukul 19:33 ET (23:33 WIB). Dow Jones datar di 38,991, 15 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Flat Jelang Temu OPEC Di Abu Dhabi

Penulis

Meski laporan jumlah drilling rigs akhir pekan lalu menunjukkan penurunan, tetapi peningkatan output OPEC bulan Juli seolah mencegah harga minyak naik lebih tinggi.

Seputarforex.com - Pada hari Senin pagi ini (7/Agustus), grafik harga minyak cenderung flat dekat level tinggi sembilan pekan. Meski laporan jumlah drilling rigs di Amerika Serikat akhir pekan lalu menunjukkan penurunan, tetapi peningkatan output OPEC bulan Juli seolah mencegah harga minyak naik lebih tinggi.

 

Emirat Gas Station

 

Didukung Oleh Ketenagakerjaan AS

Harga minyak mentah berjangka Brent sempat naik 0.15% ke $52.50 pagi ini, tetapi kemudian melandai lagi 0.15% ke $52.34 per barel saat berita ditulis. Dinamika serupa dialami oleh kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) yang kini diperdagangkan di kisaran harga $49.50.

Menurut ANZ Bank dalam catatan yang dikutip oleh Reuters, "Harga minyak mentah naik dengan kuat karena investor memandang data (ketenagakerjaan AS) sebagai pertanda positif bagi permintaan akan BBM di Amerika Serikat.... Penurunan kecil dalam jumlah sumur pengeboran aktif di AS juga turut mendukung harga."

Dalam laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu, tercantum kenaikan Nonfarm Payroll (NFP) di bulan Juli sebanyak 209,000, selain juga peningkatan rerata gaji perjam sebesar 0.3% Month-over-Month (MoM). Sedangkan laporan Baker Hughes menyebutkan jumlah oil drilling rigs berkurang dari 766 menjadi 765 dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 4 Agustus.

 

Kepatuhan OPEC Dibahas Di Abu Dhabi

Terlepas dari indikasi-indikasi positif tersebut, fundamental pasar minyak masih mengarah pada akan melimpahnya surplus global. Produksi minyak mentah AS mencapai 9.43 juta barel per hari (bph), level tertinggi sejak Agustus 2015. Sementara itu, ekspor minyak mentah OPEC naik ke rekor tinggi 26.11 juta bph pada bulan Juli.

Para pejabat yang masuk dalam komite teknis gabungan negara-negara produsen minyak anggota OPEC dan Non-OPEC dijadwalkan bertemu di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada hari Senin dan Selasa. Kabarnya, agenda rapat bakal mendiskusikan upaya-upaya untuk meningkatkan kepatuhan pada kesepakatan pemangkasan output yang sejauh ini masih mandul.

 

Awas Permintaan Minyak Bearish

Sementara itu, sejumlah bank investasi multinasional dilaporkan memangkas ekspektasi harga minyak mereka. Survey oleh Wall Street Journal atas 15 bank investasi menunjukkan bahwa penurunan forecast harga minyak sudah memasuki bulan ketiga berturut-turut. Rata-rata bank investasi memperkirakan Brent akan berada di harga rata-rata $53 per barel sepanjang tahun ini, turun $2 dari hasil survey bulan Juni. Forecast harga minyak Brent untuk tahun 2018 pun menyusut $2 ke $55 per barel.

"Dalam jangka sangat pendek, kami hati-hati menghadapi harga (minyak), terutama pada September dan Oktober, ketika permintaan minyak mentah dan olahannya secara musiman berbalik bearish," ujar Michael Wittner, Kepala Analis Minyak di Societe Generale.

279816
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.