Harga minyak kembali jatuh lebih dari 1 persen pada hari Rabu (28/01) ini seiring dengan sedikit menguatnya Dolar AS di sesi Asia. Sementara itu, laporan industri menunjukkan kenaikan yang lebih besar daripada ekspektasi perihal minyak mentah (crude) AS yang juga berkontribusi pada terseretnya harga minyak.
Crude berjangka naik lebih dari 2 persen kemarin ketika indeks Dolar AS mencetak kejatuhan terbesarnya sejak awal Oktober lalu di tengah lemahnya data ekonomi AS, akibatnya optimisme outlook perekonomian negara ekonomi terbesar dunia inipun diragukan.
Brent crude LCOc1 mencapai level rendah $48.79 per barel dan menurun 68 sen ke level $48.92 pada pukul 09:55 WIB. Sedangkan crude AS CLc1 berada pada posisi $45.41 per barel, anjlok 82 sen setelah sebelumnya mencapai level $45.33.
Sedangkan crude oil di NYMEX untuk pengiriman Maret diperdagangkan pada harga $45.50 per barel, atau jatuh hingga 0.51 persen. Malam tadi, oil berjangka WTI melonjak naik akibat para investor yang sedang melakukan penilaian terhadap rilis data-data ekonomi AS.
Pekan lalu, brent diperdagangkan pada rentang $48-$50, tertekan pula oleh perubahan mata uang di tengah kurangnya kabar fundamental yang dapat mengarahkan harga.
Faktor Kunci Di Pergerakan Mata Uang
Menurut Ric Spooner, Kepala Analis di CMC Markets di Sydney, kunci pengendali harga minyak dalam beberapa hari terakhir ini adalah fluktuasi mata uang... CMC Markets melihat bahwa pelemahan Dolar AS dapat membantu mendukung harga-harga komoditas malam tadi, demikian tutur Spooner kepada Reuters. Baca juga analisa minyak dan informasi harga oil.