Data penjualan ritel Amerika Serikat (Retail Sales) bulan Desember yang akan dirilis malam nanti dikhawatirkan akan melemah lagi. Pasalnya, selain karena orang Amerika kini lebih bijak dalam membelanjakan uangnya, juga berhubungan dengan jatuhnya harga BBM.
Retail Sales pada bulan November 2015 di negeri Paman Sam dilaporkan naik 0.2 persen (mom), sejalan dengan ekspektasi. Namun untuk bulan Desember 2015 diperkirakan indikator ekonomi yang sama akan tercatat -0.1 persen (mom), meski Core Retail Sales akan naik 0.2 persen (mom). Data tersebut dijadwalkan akan dirilis pada pukul 20:30 WIB.
Sebagaimana dilansir oleh Marketwatch, banyak ekonom mengharapkan angka penjualan yang lebih tinggi karena telah membaiknya pasar ketenagakerjaan yang tentunya memberikan orang-orang cukup dana untuk berbelanja. Namun, kebiasaan orang Amerika kini disebut-sebut cenderung lebih mementingkan menabung; dan jikalaupun perlu berbelanja barang-barang seperti elektronika, baju, atau mebel, mereka akan mencari diskon. Inilah sebabnya mengapa angka penjualan dalam hitungan Dolar menurun, meski banyaknya jumlah barang yang dijual meningkat.
Di samping itu, harga BBM yang menurun sejalan dengan tenggelamnya harga minyak mentah membuat harga bahan baku, produksi, dan distribusi jadi lebih rendah. Ini artinya, perusahaan-perusahaan memiliki lebih banyak ruang untuk memberikan diskon atau memotong harga jual barang.
Dengan latar belakang demikian, deflasi pun menyebar luas di sektor barang konsumsi. Dalam 12 bulan yang berakhir di bulan November, harga mobil bekas -0.6 persen, furnitur rumah -1.4 persen, alat olahraga -1.4 persen, pakaian -1.5 persen, peralatan rumah tangga -4.2 persen, mainan -5.2 persen, komputer -7 persen, dan televisi -12 persen. Sementara itu dalam periode yang sama, biaya kesehatan dan tempat tinggal yang menjadi sumber pengeluaran rumah tangga terbesar malah meningkat pesat melampaui laju inflasi.