EUR/USD 1.076   |   USD/JPY 152.880   |   GBP/USD 1.254   |   AUD/USD 0.661   |   Gold 2,301.51/oz   |   Silver 26.56/oz   |   Wall Street 38,664.73   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 62,889.84   |   Ethereum 3,103.54   |   Litecoin 81.93   |   Penutupan mingguan GBP/USD di atas 1.2550 dapat menarik pembeli, 22 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling bergerak lebih tinggi dengan perhatian tertuju pada NFP AS, 22 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS melanjutkan pelemahan karena pasar menunggu data pekerjaan utama, 22 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF kehilangan daya tarik di bawah level 0.9100, menantikan data NFP, 22 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 1 hari, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 1 hari, #Saham AS

Kebijakan Trump Jegal Harga Minyak Pasca Rilis Data Inventory

Penulis

Menteri Dalam Negeri AS menandatangani surat perintah untuk melelang lebih banyak lokasi dan mempercepat pemberian ijin eksplorasi migas di lahan-lahan milik pemerintah Federal.

Seputarforex.com - Harga minyak ditutup naik di penghujung hari Kamis kemarin, tetapi kembali tergelincir pada sesi perdagangan Jumat pagi ini (7/Juli). Kekhawatiran akan peningkatan surplus minyak dari tingginya output Amerika Serikat yang sempat memudar pasca rilis data Crude Oil Inventory oleh Energy Information Administration (EIA), kembali mengemuka menyusul sebuah pengumuman baru dari pemerintahan presiden Donald Trump.

Minyak Amerika Serikat

 

Stok Minyak AS Menurun Lebih Dari Ekspektasi

Energy Information Administration (EIA) pada Kamis malam melaporkan bahwa stok minyak mentah di negeri Paman Sam berkurang sebanyak nyaris 6.3 juta barel dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 30 Juni. Angka itu lebih besar dibanding pengurangan 2.3 juta barel yang diproyeksikan analis.

Sementara itu, persediaan Gasoline, salah satu produk hasil pengilangan minyak unggulan, secara tak terduga juga menurun 3.7 juta barel; meski sebelumnya diekspektasikan akan naik 1.067 juta barel. Stok hasil distilasi lainnya pun menunjukkan penurunan besar, tepatnya sebanyak 1.85 juta barel.

Terlepas dari angka-angka yang nampak cemerlang itu, sentimen investor minyak masih gamang. Total persediaan minyak mentah AS masih berada di atas rata-rata musiman, sementara kesepakatan pembatasn output yang dideklarasikan OPEC, Rusia, dan kawan-kawan pun dibayangi berbagai keraguan.

 

Trump Percepat Pemrosesan Ijin Eksplorasi Migas

Akhir pekan lalu, harga minyak sempat reli setelah Baker Hughes mengabarkan terjadi penurunan jumlah oil drilling rigs di kawasan Amerika Serikat. Akan tetapi, pengumuman pemerintah AS pagi ini seakan menepis indikasi penurunan laju produksi minyak tersebut.

Menteri Dalam Negeri AS, Ryan Zinke, menandatangani surat perintah untuk melelang lebih banyak lokasi dan mempercepat pemberian ijin eksplorasi migas di lahan-lahan milik pemerintah Federal. Prosedur tersebut sebelumnya dipersulit di era Presiden Barack Obama karena arah kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Namun, Presiden Donald Trump telah lama menyatakan akan mempermudah penambangan di lahan-lahan federal, khususnya untuk menggenjot pendapatan negara.

Per 31 Januari, ada 2,802 permohonan ijin yang tertunda. Sebagian besar berada di wilayah Wyoming, Utah, North Dakota, dan New Mexico.

Zinke tak mengatakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat pemrosesan semua ijin tersebut, hanya bahwa "Ini tidak akan selesai dalam semalam. Kami tak ingin ada konsekuensi-konsekuensi yang tak diperhitungkan."

Saat berita ini ditulis, harga minyak Brent berada di kisaran $47.58 per barel, terendah sejak 24 Juni. Demikian pula West Texas Intermediate (WTI), terpuruk di $45.06 per barel, walaupun pada hari Kamis sempat menyentuh kisaran $46.

279508
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.