Ultimatum kelompok Eurogroup telah ditaati Yunani, namun Jerman malah menolak proposal tersebut. Kondisi ini meningkatkan ketegangan di pasar keuangan yang mengkhawatirkan kemungkinan munculnya Black Swan, kejadian diluar perkiraan berdampak besar seperti bencana SNB Januari lalu. Namun sebagian orang malah menilai ketidakpastian ini sebagai kesempatan untuk memasuki pasar.
Kuda Troya Yunani
Yunani bertekuk lutut pada hari Kamis (19/2) dengan mengajukan proposal permohonan perpanjangan program bailout. Namun kurang dari dua jam setelah itu, Menteri Keuangan Jerman menyatakan bahwa mereka menolak proposal tersebut, dengan alasan Yunani tidak mengajukan permohonan yang sesuai dengan harapan pihaknya. Pimpinan Eurogroup, kelompok Menteri-Menteri Keuangan Zona Euro, Jeroen Dijsselbloem telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan melakukan pertemuan lagi hari Jumat ini di Brussel untuk mendiskusikan proposal Yunani.
Teks surat permohonan perpanjangan bailout dari Menteri Keuangan Yunani ke Presiden Eurogroup yang dipublikasikan oleh Reuters pagi ini menyiratkan bahwa walau Yunani bersedia mengikuti peryaratan-persyaratan bailout terdahulu, tetapi mengimplikasikan bahwa Yunani akan berusaha mengingkari implementasi program yang dianggap merugikan rakyat. Karena itu, dalam surat lain yang juga dipublikasikan Reuters, Jerman menuding proposal Yunani layaknya "Kuda Troya" yang meski menggunakan kata "perpanjangan bailout" tetapi sejatinya hanya memohon pinjaman singkat (bridge loan) tanpa niat mentaati persyaratan bailout. Sejak awal, Yunani memang hanya meminta bridge loan dari Zona Euro, dan tidak menghendaki perpanjangan bailout. Ada perbedaan signifikan diantara keduanya: bridge loan akan mengizinkan Yunani untuk menyingkirkan program Austerity, tetapi perpanjangan bailout akan memaksa Yunani menerapkan Austerity. Tekanan dari ECB dan negara-negara lain di Zona Euro membuatnya terpaksa mengajukan proposal perpanjangan bailout, tetapi nampaknya Yunani diam-diam tetap keras kepala menolak Austerity.
Meski demikian, para analis menilai pengajuan proposal ini sebagai kemajuan besar dalam negosiasi utang Yunani. Pasalnya, permohonan Yunani kemarin memasukkan dua poin penting:
- Janji pemerintahan baru Yunani untuk menyelesaikan hutang-hutangnya.
- Terus menerima pengawasan dari Troika, trio pengawas utang internasional Yunani yang terdiri atas ECB, Komisi Eropa, dan IMF.
Poin kedua terutama merupakan konsesi penting, karena masyarakat membenci Troika dan sebelumnya Yunani bersikeras agar Troika dibubarkan.
Dibawah Bayang-Bayang Grexit
Konsesi Yunani terkait Troika memberikan harapan kesepakatan akan segera tercapai bagi sejumlah investor. Sementara itu, sebagian lainnya menilai risiko Grexit masih membayangi kalau kesepakatan gagal tercapai lagi Jumat ini. Dengan demikian, ketidakpastian ini menjadi bahan pertaruhan bagi sejumlah pemain pasar "pemberani" dan menjadi sumber kehati-hatian bagi yang lain.
CNBC melaporkan, sejumlah hedge funds bertaruh pada pemulihan Yunani, termasuk Third Point, York Capital Management, Alden Global Capital, Greylock Capital Management dan Eaglevale Partners. York Capital memandang volatilitas baru sebagai poin entri, sehingga meski perusahaan itu telah mengurangi investasinya di Yunani tahun lalu, tetapi ia kini kembali membeli obligasi pemerintah dan bank-bank Yunani dengan harapan nilainya akan meningkat.
Sementara itu Paulson & Co yang memegang saham dua bank terbesar Yunani mengatakan pihaknya siap berinvestasi lebih besar, segera setelah stabilitas politik tercapai. Langkah lain yang juga diambil kalangan investor adalah melakukan short terhadap saham bank-bank Eropa yang punya eksposur tinggi di Yunani, serta shorting Euro yang dianggap bakal merosot lagi bila perekonomian Eropa mundur gara-gara Yunani. Sedangkan Elliott Management diberitakan tidak lagi terlibat dengan Yunani walau dulu sempat menanamkan dana disana.
Kepala Investor BMO Private Bank, Jack Ablin, menawarkan prespektif lain via Time.com. Katanya, Euro bisa jadi malah menguat kalau Grexit terjadi, terutama jika Yunani malah jadi kacau balau setelah keluar dari Euro, karena negara lain dari Zona Euro malah akan ragu untuk keluar dari kesatuan mata uang tersebut. Selain itu, bila ketidakpastian di Zona Euro sampai mendorong investor keluar dari kawasan, maka itu akan menjaga suku bunga obligasi di level rendah. Tetapi, menurut Ablin, ketidakpastian saat ini adalah hal yang paling membahayakan. Keluarnya suatu negara dari Euro belum pernah terjadi, sehingga efeknya tidak bisa dengan mudah ditebak serta berpotensi menakutkan bagi pasar dunia. Jadi, investor disarankan untuk waspada akan kemungkinan terjadinya Black Swan.
Spekulasi-spekulasi terbaru diatas kian memperbanyak ragam proyeksi ending drama Yunani yang beredar. Perlu diingat kembali bahwa Yunani telah mengindikasikan bahwa pihaknya bisa jadi akan beralih minta bantuan Rusia atau Cina bila Euro terus mengecewakan mereka. Bagi sebagian besar kalangan, Grexit di masa depan dianggap tak terhindarkan apabila kesepakatan dengan Euro tak juga tercapai. Keputusan selanjutnya dalam negosiasi ini sepenuhnya ada di tangan Yunani, apakah mereka akan tunduk mematuhi semua tuntutan Jerman, atau melepas diri dari kesatuan.