EUR/USD 1.087   |   USD/JPY 155.630   |   GBP/USD 1.270   |   AUD/USD 0.669   |   Gold 2,414.41/oz   |   Silver 29.99/oz   |   Wall Street 40,003.59   |   Nasdaq 16,685.97   |   IDX 7,317.24   |   Bitcoin 66,940.80   |   Ethereum 3,122.95   |   Litecoin 83.87   |   Para buyer GBP/USD jika area support 1.2630 berhasil bertahan, 2 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/USD mode koreksi setelah kenaikan, 2 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/JPY melanjutkan kenaikan, rintangan berikutnya terlihat di area 169.40, 2 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/USD turun mendekati level 1.0850, area support lebih lanjut pada EMA-9, 2 hari, #Forex Teknikal   |   PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memutuskan untuk membagikan dividen final sebesar sebesar Rp540 miliar, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan jadwal pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp6.45 triliun dengan cum date tanggal 27 Mei 2024, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp35 per saham pada 13 Juni 2024, 2 hari, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,320, sementara Nasdaq 100 mendatar di 18,653 pada pukul 19:36 ET (23:36 GMT). Dow Jones datar di 40,017, 2 hari, #Saham AS

Minyak Berusaha Rebound Setelah Terpuruk Akibat Saudi Ingkar Janji

Penulis

Harga minyak terpuruk parah pada sesi trading Amerika tadi malam, setelah negara-negara OPEC kembali menunjukkan lemahnya komitmen mereka pada rencana pembatasan produksi. Namun demikian, di sesi Asia Rabu pagi ini (30/3) nampak berusaha rebound.

Harga minyak terpuruk parah pada sesi trading Amerika tadi malam, setelah negara-negara OPEC kembali menunjukkan lemahnya komitmen mereka pada rencana pembatasan produksi. Namun demikian, di sesi Asia Rabu pagi ini (30/3) minyak nampak berusaha rebound dengan dukungan ekspektasi akan dirilisnya data persediaan minyak AS oleh Energy Information Administration (EIA) petang nanti.

Aramco Oil Refinery

 

Gara-Gara Ladang Minyak Khafji

Harga minyak jatuh sekitar 3 persen pada hari Selasa, merefleksikan berkembangnya kekhawatiran kalau reli harga yang telah berlangsung selama dua bulan bakal pupus akibat aliran supply baru dari Kuwait dan Arab Saudi. Pasalnya, kedua negara anggota OPEC tersebut dikabarkan memutuskan untuk melanjutkan produksi minyak di ladang Khafji yang memiliki kapasitas produksi 300,000 barel per hari, padahal sebelumnya Saudi telah menyepakati rencana membatasi outputnya pada level produksi Januari bersama Rusia, Venezuela, dan Qatar.

Meskipun kesepakatan yang dilakukan pada akhir Februari tersebut belum final dan diskusi tentang penerapannya baru akan digelar di Doha pada 17 April mendatang, tetapi kabar tersebut memunculkan sentimen negatif. Menurut salah satu trader yang diwawancarai Reuters, kapasitas produksi ladang Khafji yang terletak di perbatasan Kuwait-Saudi tersebut bahkan lebih tinggi dibanding total produksi negara lain seperti Ekuador, sehingga dengan pengaktifannya maka dikhawatirkan batas atas dalam pemberlakuan rencana pembatasan produksi kelak bakal lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya.

Menyusul kabar tersebut, harga minyak mentah AS pun kian terperosok ke bawah level $39, dan akhirnya menutup hari pada $38.28 per barel; sedangkan harga acuan Brent terpaku pada $39.14 per barel. Baru pada sesi Asia pagi, harga komoditas energi terpenting ini merangkak naik lagi dengan Brent menanjak 40 sen ke $39.54 dan minyak mentah AS mendaki ke $38.73.

 

Amati Data EIA Dan Penguatan Dolar

Menurut Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Market di Sydney, "Ada sedikit penguatan pada harga minyak di zona waktu Asia. Sikap yang dominan adalah wait-and-see hingga angka (inventori) dari Energy Information Administration dirilis."

EIA dijadwalkan mempublikasikan data inventori minyak mentah resmi versi Pemerintah AS pada hari Rabu malam, dan angkanya diharapkan akan lebih rendah dibanding sebelumnya. Data persediaan versi American Petroleum Institute (API) yang dikeluarkan hari Selasa menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik sebesar 2.6 juta barel ke total 534.4 juta barel pekan lalu, lebih rendah ketimbang ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan sebanyak 3.3 juta barel, meskipun masih di level tinggi.

Di samping itu, Spooner mengungkapkan, "Pasar juga memantau bagaimana mata uang bergerak. Agak menggelisahkan melihat harga minyak jatuh bersamaan dengan pelemahan Dolar."

 

262293
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.