Harga minyak terpuruk parah pada sesi trading Amerika tadi malam, setelah negara-negara OPEC kembali menunjukkan lemahnya komitmen mereka pada rencana pembatasan produksi. Namun demikian, di sesi Asia Rabu pagi ini (30/3) minyak nampak berusaha rebound dengan dukungan ekspektasi akan dirilisnya data persediaan minyak AS oleh Energy Information Administration (EIA) petang nanti.
Gara-Gara Ladang Minyak Khafji
Harga minyak jatuh sekitar 3 persen pada hari Selasa, merefleksikan berkembangnya kekhawatiran kalau reli harga yang telah berlangsung selama dua bulan bakal pupus akibat aliran supply baru dari Kuwait dan Arab Saudi. Pasalnya, kedua negara anggota OPEC tersebut dikabarkan memutuskan untuk melanjutkan produksi minyak di ladang Khafji yang memiliki kapasitas produksi 300,000 barel per hari, padahal sebelumnya Saudi telah menyepakati rencana membatasi outputnya pada level produksi Januari bersama Rusia, Venezuela, dan Qatar.
Meskipun kesepakatan yang dilakukan pada akhir Februari tersebut belum final dan diskusi tentang penerapannya baru akan digelar di Doha pada 17 April mendatang, tetapi kabar tersebut memunculkan sentimen negatif. Menurut salah satu trader yang diwawancarai Reuters, kapasitas produksi ladang Khafji yang terletak di perbatasan Kuwait-Saudi tersebut bahkan lebih tinggi dibanding total produksi negara lain seperti Ekuador, sehingga dengan pengaktifannya maka dikhawatirkan batas atas dalam pemberlakuan rencana pembatasan produksi kelak bakal lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya.
Menyusul kabar tersebut, harga minyak mentah AS pun kian terperosok ke bawah level $39, dan akhirnya menutup hari pada $38.28 per barel; sedangkan harga acuan Brent terpaku pada $39.14 per barel. Baru pada sesi Asia pagi, harga komoditas energi terpenting ini merangkak naik lagi dengan Brent menanjak 40 sen ke $39.54 dan minyak mentah AS mendaki ke $38.73.
Amati Data EIA Dan Penguatan Dolar
Menurut Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Market di Sydney, "Ada sedikit penguatan pada harga minyak di zona waktu Asia. Sikap yang dominan adalah wait-and-see hingga angka (inventori) dari Energy Information Administration dirilis."
EIA dijadwalkan mempublikasikan data inventori minyak mentah resmi versi Pemerintah AS pada hari Rabu malam, dan angkanya diharapkan akan lebih rendah dibanding sebelumnya. Data persediaan versi American Petroleum Institute (API) yang dikeluarkan hari Selasa menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik sebesar 2.6 juta barel ke total 534.4 juta barel pekan lalu, lebih rendah ketimbang ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan sebanyak 3.3 juta barel, meskipun masih di level tinggi.
Di samping itu, Spooner mengungkapkan, "Pasar juga memantau bagaimana mata uang bergerak. Agak menggelisahkan melihat harga minyak jatuh bersamaan dengan pelemahan Dolar."