EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,305.79/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,110.81   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   EUR/JPY pertahankan kenaikan setelah hasil beragam dalam data IMP Jerman dan zona Euro, di atas level 165.00, 54 menit lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP terdepresias ke dekat level 0.8600 setelah hasil beragam dalam data IMP zona Euro dan Inggris, 55 menit lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/JPY naik ke puncak baru harian, di atas pertengahan 191.00 setelah IMP Inggris beragam, 56 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling incar lebih banyak penurunan di tengah kuatnya prospek penurunan suku bunga BoE, 56 menit lalu, #Forex Fundamental   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 6 jam lalu, #Saham Indonesia

Spekulator Dorong Harga Minyak Naik Tapi Surplus Masih Mengancam

Penulis

Penurunan persediaan gasolin AS memicu para spekulator untuk tutup posisi dan mengunci profit, sehingga disinyalir meredakan aksi jual yang sebelumnya marak.

Harga minyak mengalami kenaikan pesat tadi malam dan berlanjut hingga pagi ini (4/8). Penurunan persediaan gasolin AS memicu para spekulator untuk tutup posisi dan mengunci profit, sehingga disinyalir meredakan aksi jual yang sebelumnya marak. Namun demikian, secara fundamental limpahan surplus sejatinya masih berlangsung.

ilustrasi

Harga minyak mentah jenis light sweet di New York Mercantile Exchange (WTI) naik 3.3% ke $40.83 tadi malam, dan menanjak lagi ke $41.12 pagi ini. Demikian pula harga acuan internasional Brent melonjak lebih dari 3% ke $43.10, dan kini berada di kisaran $43.32 per barel.

 

Produsen Tak Bisa Break Even Di Harga $40

Banyak pelaku pasar berjangka bertaruh melawan minyak dalam beberapa pekan belakangan akibat limpahan surplus produksi. Karenanya, ketika mereka mulai melakukan pembelian, maka hal itu membuat harga sontak naik. Para investor yang diwawancarai oleh The Wall Street Journal menyatakan bahwa mereka lebih tertarik untuk membeli minyak dan kurang tertarik untuk melakukan aksi jual seiring dengan makin jauhnya harga dari ambang $50 per barel. Pasalnya, ditengarai para produsen minyak AS bisa break even di harga $50, tetapi tak banyak bisa di harga $40, sehingga harga di kisaran $40 atau lebih rendah dari itu diharapkan akan memicu penurunan supply.

Terlebih lagi, data yang dirilis Rabu malam oleh US Energy Information Administration (EIA) menunjukkan penurunan persediaan gasolin sebanyak 3.3 juta barel (ekspektasi penurunan 300,000 barel). Walaupun persediaan minyak mentah mematahkan ekspektasi -1.363 juta dan malah bertambah 1.413 juta barel, tetapi penurunan persediaan gasolin dinilai sebagai kabar baik. Ini karena, dengan persediaan minyak mentah yang terus meningkat, jika gasolin tak juga menurun maka bisa menjadi pemicu harga jatuh lebih jauh.

 

Produksi Global Masih Terus Membubung

Meski begitu, penurunan persediaan gasolin dan kenaikan harga saat ini dipandang skeptis oleh banyak pihak. Scott Shelton dari ICAP PLC mengatakan pada The Wall Street Journal, "(Penurunan) angka gasolin adalah satu langkah ke arah yang tepat, itu sudah pasti. Namun kita masih belum bisa menurunkan (persediaan) minyak mentah, jadi fakta bahwa (harga) minyak mentah naik itu adalah misteri bagi saya."

Senada dengan Shelton, Donald Morton dari Herbert J. Sims & Co mengungkapkan bahwa meski penurunan persediaan gasolin itu lebih tinggi dari ekspektasi, tetapi masih dalam kisaran normal secara historis dan pasar akan butuh beberapa kali lagi penurunan untuk benar-benar menyusutkan tingginya persediaan di AS.

Apalagi, produksi minyak di negara-negara lain tak menunjukkan tanda-tanda akan melambat. Ekspor minyak mentah Rusia dikabarkan naik di bulan Juli, dan produksi meningkat secara YoY untuk bulan ke-24 berturut-turut. Suplai dari Nigeria dan Libya pun diekspektasikan akan meninggi dalam waktu dekat seiring terpecahkannya isu-isu konflik dan politik yang sebelumnya membayangi kedua negara itu.

269679
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.