EUR/USD 1.072   |   USD/JPY 156.820   |   GBP/USD 1.256   |   AUD/USD 0.656   |   Gold 2,326.97/oz   |   Silver 27.03/oz   |   Wall Street 38,386.09   |   Nasdaq 15,983.08   |   IDX 7,249.06   |   Bitcoin 63,841.12   |   Ethereum 3,215.43   |   Litecoin 83.52   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk melakukan divestasi atau pelepasan unit bisnis GoTo Logistics (GTL), 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan penurunan pendapatan pada kuartal I/2024, turun 2.13% menjadi Rp81.2 triliun, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) akan melaksanakan RUPS pada 3 Mei 2024 yang diperkirakan memutuskan alokasi dividen, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,144, sementara Nasdaq 100 mendatar di 17,908 pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones turun sedikit menjadi 38,543, 5 jam lalu, #Saham AS

Powell Kandaskan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Penulis

Kurs Dolar AS dan yield US Treasury kompak mencapai level tertinggi multibulan seusai pidato beberapa petinggi The Fed kemarin.

Seputarforex - Semakin banyak penggawa Federal Reserve AS mendukung suku bunga tetap berada pada tingkat yang tinggi dalam waktu lebih lama, termasuk Ketua Jerome Powell. Hal itu mengandaskan spekulasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga The Fed, sehingga Indeks Dolar AS (DXY) menyentuh level tertinggi multibulan baru pada 106.50 dalam perdagangan kemarin. Saat berita ditulis pada sesi Asia hari Rabu (17/April), Dixie melandai tapi masih bertahan di atas ambang 106.00.

DXY Daily

Pada akhir pekan lalu, beberapa presiden The Fed regional menekankan pentingnya kesabaran dalam pengambilan kebijakan moneter. Pekan ini, beberapa kolega mereka menegaskan lebih lanjut bahwa kebijakan moneter harus tetap restriktif dalam waktu lebih lama.

Wakil Ketua The Fed Philip Jefferson menyatakan bank sentral AS siap mempertahankan kebijakan moneter ketat dalam waktu lebih lama apabila inflasi tak melambat sesuai ekspektasi. Bosnya, Jerome Powell, mengungkapkan pandangan senada.

"Data baru-baru ini jelas tidak memberi kita kepercayaan diri yang lebih besar (terhadap pencapaian target inflasi) dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk mencapai kepercayaan tersebut," kata Powell dalam sebuah forum di Washington tadi malam.

"Saat ini, mengingat kekuatan pasar tenaga kerja dan kemajuan inflasi sejauh ini, adalah hal yang tepat untuk memberikan waktu lebih lama bagi kebijakan restriktif dan membiarkan data serta prospek yang berkembang memandu kita."

"Jika inflasi yang lebih tinggi terus berlanjut, kami dapat mempertahankan tingkat restriksi saat ini selama masih diperlukan," lanjut Powell, "Pada saat yang sama, kami memiliki ruang yang signifikan untuk melakukan pelonggaran apabila pasar tenaga kerja melemah secara tak terduga."

Ini merupakan komunikasi publik terakhir Powell sebelum rapat FOMC berikutnya pada tanggal 30 April-1 Mei mendatang. Konsekuensinya, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tahun ini semakin memudar dan dolar AS kian bullish.

Mayoritas kini memperkirakan The Fed kemungkinan hanya akan menurunkan suku bunga sebanyak satu kali lagi saja tahun ini. Bahkan sejumlah pakar menilai The Fed tak akan menurunkan suku bunga sama sekali sampai akhir tahun 2024.

"Menyusul berlanjutnya data ekonomi AS yang kuat, ekspektasi penurunan suku bunga semakin kecil. Kami sekarang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga dari The Fed hingga tahun depan," kata Klaus Baader, Kepala Ekonom Global di Société Générale di London.

Situasi ini mengerek yield US Treasury 10Y sampai level tertinggi lima bulannya, demikian pula dolar AS. USD/JPY semakin mendekati ambang krusial pada 155.00 — seorang mantan petinggi Jepang pernah menyebut penembusan level ini berisiko memicu intervensi apabila fluktuasinya sangat tajam dan menarik perhatian publik.

Euro dan Pound Sterling juga melempem lantaran beberapa bank sentral di benua Eropa berpotensi menurunkan suku bunga lebih awal daripada The Fed. Sementara itu, Aussie dan Kiwi terus terbebani oleh melemahnya prospek ekonomi China.

300396
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.