EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,324.02/oz   |   Silver 26.81/oz   |   Wall Street 37,903.29   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,100.23   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 5 jam lalu, #Saham AS

Reli Harga Minyak Dihadang Sinyal Kenaikan Output

Penulis

Harga minyak berusaha menanjak pada sesi awal trading Senin ini (6/6) seiring anjloknya Dolar AS yang diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan akan komoditas, tetapi sinyal pertambahan output membatasi reli.

Harga minyak berusaha menanjak pada sesi awal trading Senin ini (6/6) seiring anjloknya Dolar AS yang diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan akan komoditas, tetapi sinyal pertambahan output membatasi reli. Harga minyak Brent terpantau diperdagangkan di kisaran $49.97 dan WTI pada $49.09, lebih rendah dari posisi harga pasca pertemuan OPEC di Wina, tetapi masih berada di kisaran level tinggi tahun ini.

Dolar AS

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat hari Jumat lalu mengecewakan pasar, sehingga indeks Dolar, yang mengukur kekuatan mata uang ini terhadap sekelompok mata uang terdepan lainnya, mengalami penurunan hingga lebih dari 1.5 persen. Shock yang mengiringi rilis data tersebut memunculkan ekspektasi kalau bank sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga bulan ini, sehingga permintaan akan komoditas diproyeksi meningkat sehubungan dengan harganya yang jadi lebih murah bagi negara-negara lain.

Partisipan pasar yang diwawancarai Reuters juga menyampaikan bahwa situasi kritis di Nigeria turut menopang harga minyak. Serangan bertubi-tubi ke infrastruktur perminyakan Nigeria telah menyeret output negeri produsen minyak terbesar Afrika itu untuk melorot ke level terendah dalam 20 tahun, dan bisa membuatnya jatuh sampai nol dalam waktu dekat.

Namun demikian, data Baker Hughes pada akhir pekan meredam ekspektasi pasar. Baker Hughes melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan migas AS minggu lalu mulai membuka kembali sumur-sumur pengeboran mereka. Rig count tercatat naik dari 316 ke 325 dalam waktu sepekan yang berakhir tanggal 3 Juni. Ini merupakan peningkatan pertama setelah beberapa bulan terakhir, dan memperkuat pandangan bahwa perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya mandek gara-gara harga terlalu murah akan mulai menggenjot produksi lagi setelah harga minyak mencapai $50an per barel.

265963
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.