EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,337.93/oz   |   Silver 27.49/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,155.78   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   Data inflasi Eropa mulai menimbulkan pertanyaan mengenai pelonggaran ECB di bulan Juni, 10 menit lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/USD perlu menembus level 1.0750 untuk lanjutkan pemulihan, 12 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Wunsch, ECB: Penurunan suku bunga di Juli tidak pasti, 12 menit lalu, #Forex Fundamental   |   XAU/USD lanjutkan kenaikan efek berlanjutnya konflik timur tengah, 13 menit lalu, #Emas Fundamental   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 7 jam lalu, #Saham AS

Rencanakan Bea Impor Logam, AS Angkat Isu Perang Dagang

Penulis

Departemen Perdagangan AS mengajukan rekomendasi untuk mematok bea impor logam tinggi, hal mana bisa memicu kemarahan China.

Seputarforex.com - Setelah beberapa waktu lalu Amerika Serikat memicu kemarahan China dan Korea Selatan dengan menerapkan bea impor tinggi atas mesin cuci dan panel surya, kini proposal untuk bea impor baru kembali diajukan. Pada akhir pekan lalu, Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa mereka telah mengajukan rekomendasi untuk mematok bea impor atau menetapkan kuota tertentu atas impor Besi dan Alumunium. Ini sinyal kuat bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump akan terus melanjutkan kebijakan proteksionisme yang berisiko memicu perang dagang internasional.

Bea Impor Besi Dan Alumunium

 

Mengancam Keamanan Nasional AS?

Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan pihaknya "menemukan bahwa kuantitas dan kondisi impor Besi dan Alumunium mengancam untuk melumpuhkan keamanan nasional". Oleh karena itu, Departemen Perdagangan mengajukan rekomendasi pada Presiden Trump agar menetapkan bea impor 24% atas Besi serta 7.7% atas Aluminium, atau mengambil alternatif kuota per negara, guna melindungi industri AS dari dumping logam. Namun demikian, sejumlah perusahaan minuman dan produsen mobil menyatakan bahwa bea impor atas logam yang notabene termasuk bahan baku industri tersebut, justru bakal mengancam keberlangsungan mereka.

Presiden Trump akan memiliki waktu hingga pertengahan April untuk memutuskan tindakan selanjutnya terkait rekomendasi dari Departemen Perdagangan ini. Apabila bea impor atas logam ini benar diterapkan, maka dikhawatirkan akan memicu aksi balasan dari China, negara produsen Besi dan Alumunium terbesar dunia. Di dalam negeri AS sendiri, inflasi akan meroket sebagai dampak langsung. Selain itu, menurut Bloomberg, imbasnya dapat memicu ketegangan dengan Jepang, India, Jerman, Kanada, serta negara-negara G20 lainnya yang telah lama menekankan bahwa penerapan bea impor semacam itu bisa memicu perang dagang.

 

China Siap Membalas

Segera setelah kabar ini beredar, seorang pejabat tinggi dari Kementrian Perdagangan China mengatakan bahwa rencana penetapan bea impor oleh AS tak berdasar, dan pihaknya memiliki hak untuk membalas jika bea impor benar-benar diterapkan. "Jika keputusan akhirnya berdampak pada kepentingan China, (maka) China tentu akan mengambil langkah seperlunya untuk melindungi kepentingan kami sendiri," kata Wang Hejung, pimpinan Biro Investigasi dan Perbaikan Dagang.

Pasar Saham AS bereaksi keras menanggapi rencana bea impor atas logam. Saham-saham produsen Besi dan Aluminium AS melonjak; sedangkan harga saham perusahaan-perusahaan produsen mobil, seperti General Motors dan Ford, anjlok. Akan tetapi, dampaknya tak begitu mencolok di pasar uang.

Indeks Dolar AS (DXY) tertekan di awal perdagangan sesi Asia hari Senin ini (19/Februari), diperdagangkan di sekitar 89.10; masih dekat kisaran terendahnya sejak Desember 2014. USD/CNY dan USD/CNH masing-masing flat antara 6.3437 dan 6.3063. Pasangan mata uang AUD/USD yang biasanya terdampak oleh kabar-kabar terkait China dan perang dagang juga tetap meningkat 0.17% ke 0.7920. Hanya saja, pagi ini, pergerakan aset Safe Haven seperti Yen Jepang dan Emas nampak lebih kuat.

282415
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.