EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,319.70/oz   |   Silver 27.47/oz   |   Wall Street 38,748.75   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,135.89   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   NFP yang lebih lemah dan sikap dovish Powell dapat merevitalisasi penjual dolar As, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF melayang di sekitar level 0.9050 jelang pernyataan ketua SNB Jordan, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD belum berhasil melewati rintangan utama di sekitar level 1.2550, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD tetap bertahan di bawah level 1.3700, fokus pada pidato the Fed, data IMP Kanada, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 14 jam lalu, #Saham AS

Tinjauan Atas Kemelut Pasar Finansial Global Februari 2018

Penulis

Pasar modal jatuh-bangun, yield obligasi meroket, Dolar AS depresi meski suku bunga AS diproyeksikan meningkat. Ada apa sebenarnya dengan fundamental pasar sekarang?

Seputarforex.com - Dinamika pasar finansial sepanjang bulan Februari 2018 boleh dibilang berbeda dari biasanya. Mulai dari jatuh-bangun pasar modal global, meroketnya yield obligasi di seluruh dunia, hingga pergerakan pasar forex yang cukup ketat. Mata uang Dolar AS yang paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional, juga masih terdepresiasi meski bank sentralnya mengindikasikan kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Ada apa sebenarnya dengan fundamental pasar sekarang?

Kemelut Pasar Finansial Global Februari 2018

 

Latar Belakang Dolar AS

Pesan hawkish yang termuat dalam rilisan notulen kebijakan rapat bank sentral AS (FOMC) minggu lalu, sempat membuat pelaku pasar mengharapkan kenaikan suku bunga sebanyak empat kali dalam tahun 2018. Namun, harapan itu dimentahkan oleh Presiden Fed St. Louis, James Bullard, yang menilai jumlah tersebut terlampau berlebihan. Padahal, sejak dirilisnya data pertumbuhan gaji yang melampaui ekspektasi di bulan Januari, inflasi AS dikhawatirkan melesat lebih cepat, tetapi bank sentral tetap diperkirakan hanya menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali saja dalam tahun 2018.

Kesenjangan tersebut membuat pelaku pasar modal merisaukan keberlangsungan ekspansi korporasi AS ke depan, di tengah himpitan kenaikan inflasi dan suku bunga, serta tindakan-tindakan kontroversial Presiden Donald Trump. Akibatnya, minat pasar pada saham anjlok. Di sisi lain, proyeksi kenaikan suku bunga merebak di berbagai wilayah di dunia, bukan hanya AS. Hal itu menarik investor memindahkan dana ke Obligasi yang dianggap sebagai aset berisiko rendah. Dan Obligasi yang disasar bukan semata Obligasi Pemerintah AS, melainkan Obligasi terbitan Zona Euro dan sejumlah kawasan lain.

Bagaimana dengan pasar forex?

Fluktuasi pasangan-pasangan mata uang mayor cenderung terbatas dalam sepekan terakhir, masing-masing tertahan dalam range tertentu dan belum menunjukkan perubahan tren yang mencolok untuk jangka panjang, sembari mengabaikan rilisan data-data ekonomi yang biasanya dianggap penting. Ambil contoh pasangan mata uang USD/JPY. Terlepas dari apakah data ekonomi Jepang dan AS bagus atau jelek, USD/JPY belakangan ini hanya bereaksi pada pergerakan di pasar modal, khususnya Nikkei. Bahkan, penunjukan kembali Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur Bank of Japan pun tak terlampau ditanggapi.

 

Topik Utama: Risiko

Jika ditilik lebih dalam, topik paling hot saat ini adalah "risiko". Sejak jatuhnya pasar modal global pada awal Februari, pelaku pasar memilih untuk bertindak lebih hati-hati, karena jelas ada peningkatan risiko. Perkaranya bukan hanya soal suku bunga AS, melainkan juga terkait sebuah mitos mengenai krisis global.

Masih hangat di benak kita, krisis Asia tahun 1997-1998 lalu. Kemudian krisis finansial terburuk di dunia sejak Great Depression, yang dipicu oleh Subprime Mortgage Bubble pada 2007-2008. Kini, satu dekade berlalu, kita kembali memasuki kisaran tahun berangka 7/8. Apakah dunia finansial akan dilanda krisis lagi?

Secara teoritis, banyak analis meyakinkan bahwa meskipun seandainya krisis terjadi lagi, dampaknya takkan seburuk dahulu. Negara-negara Asia maupun perusahaan-perusahaan finansial dunia telah menyiapkan diri dengan berbagai cara, dan kondisi keuangan pun sudah lebih stabil. Namun, setiap celah bisa menoreh kerisauan.

Sepanjang tahun 2017, pasar modal global terus meningkat. Bahkan, indeks-indeks saham AS berulangkali menulis ulang rekor tinggi sepanjang masa. Penyebab kenaikan pun cukup rancu, yaitu ekspektasi peningkatan keuntungan setelah Presiden Donald Trump memangkas pajak korporasi; sebuah keputusan yang trade-off-nya mengakibatkan pembengkakan defisit anggaran AS. Bagi sebagian pihak, ini mengindikasikan bahwa tahun 2018 boleh jadi merupakan waktunya untuk koreksi, atau lebih buruk lagi.

Dow Jones Industrial Index

Karena alasan ini, maka sejumlah pihak, termasuk pejabat bank sentral AS, menganggap kejatuhan pasar modal global pada awal Februari lalu wajar, meskipun tergolong salah satu insiden terburuk secara historis. Karena, koreksi itu membawa pasar kembali mendekati kisaran normal, serta mengurangi bahaya dampak domino dari kejatuhan lebih parah.

Terlepas dari itu, kita baru saja memasuki tahun 2018. Masih ada sepuluh bulan lagi, dan pelaku pasar agaknya tetap mewanti-wanti perubahan ke depan yang bisa dipicu oleh apa saja, baik itu kicauan Presiden Donald Trump di Twitter, kenaikan suku bunga, atau isu lainnya. Sebagai trader, kita hanya perlu memahami bahwa fondasi penggerak pasar bukanlah melulu data, melainkan juga sentimen risiko dan psikologi pasar.

282549

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.