Bank of Japan (BoJ) tetap mempertahankan kebijakan pelonggaran stimulus moneter di Jepang. Gubernur Haruhiko Kuroda dan para pejabat BoJ lainnya lebih memilih untuk mengambil beberapa waktu agar bisa melakukan penilaian terhadap dampak dari suku bunga negatif yang telah mereka terapkan awal tahun ini.
Kebijakan tersebut merupakan hal yang sedikit mengejutkan bagi sebagian besar ahli ekonomi karena sebelumnya mereka memperkirakan bahwa bank sentral Jepang akan mengambil sebuah tindakan yang lebih lanjut sehubungan dengan penguatan yen. Seperti yang telah diketahui, apresiasi Yen yang berlebihan membayangi prospek BoJ yang ingin menaikkan upah serta investasi. Selain itu, para pembuat kebijakan BoJ bertaruh bahwa penurunan suku bunga yang sudah mereka berlakukan sejak bulan Januari lalu akan berhasil membuat bank-bank di Jepang meminjamkan uangnya kepada masyarakat.
Anggota pembuat kebijakan BoJ hari ini juga tak mengubah tingkat monetary base mereka senilai 80 triliun yen atau sekitar 715 miliar dolar AS, pembelian obligasi, dan tingkat suku bunga negatif sebesar 0.1 persen dan program untuk membeli aset yang lebih beresiko termasuk saham. Selain itu, BoJ pun menunda jangka waktu untuk mencapai target inflasi dua persen, dan menjadi penundaan yang keempat dalam setahun ini.
USD/JPY Terjun Bebas
Yen sempat menanjak setelah pengumuman BoJ yang rilis di tengah-tengah kekecewaan karena sikap pembuat kebijakan BoJ yang tenang-tenang saja, di luar ekspektasi. Namun, USD/JPY terjun bebas dari level 111.550 menuju level 108.86 pasca rilis kebijakan BoJ. Kebijakan BoJ kali ini pada intinya tak jauh berbeda dengan kebijakan sebelumnya, dimana Kuroda memilih untuk melihat dulu kondisi setelah kebijakan Januari lalu. Dengan BoJ yang tetap mempertahankan kebijakan moneternya seiring dengan pengamatan publik pada efektivitas kebijakan "Abenomics" dari Perdana Menteri Shinzo Abe diharapkan dapat membantu menopang pertumbuhan ekonomi di Jepang.
Tingkat Pengangguran di Jepang
Di samping itu, Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada hari Kamis kemarin mengumumkan bahwa tingkat pengangguran di Jepang pada bulan Maret lalu menurun 3.2 persen meleset tipis dari perkiraan oleh para ahli ekonomi di poling Reuters yang memprediksi tingkat pengangguran di Jepang sebesar 3.3 persen, sama dengan tingkat pengangguran pada bulan Februari.
Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Jepang mengalami kenaikan menjadi 1.30 pada bulan Maret. Data tersebut merupakan data tertinggi sejak bulan Desember 1991 ketika tingkat partisipasi kerja adalah 1.31 dan perkiraan untuk rasio tersebut tetap tidak akan berubah dari dua bulan sebelumnya yakni 1.28, merupakan level tertinggi selama 24 tahun ini.