EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,331.99/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 12 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 18 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 18 jam lalu, #Saham AS

Breaking News: Anggaran Gagal Disepakati, Pemerintah AS Shutdown Lagi

Penulis

Senat AS tak mampu mencapai kesepakatan terkait anggaran belanja pemerintah AS, sehingga Government Shutdown benar-benar terjadi mulai Sabtu ini hingga waktu yang belum diketahui.

Senat AS resmi gagal mencapai kesepakatan terkait anggaran belanja pemerintah AS pada sidang yang digelar sejak hari Jumat kemarin, sehingga Government Shutdown benar-benar terjadi mulai hari Sabtu ini (20/Januari) hingga waktu yang belum ditentukan. Dalam kondisi ini, secara teknis pemerintah AS tak memiliki pendanaan memadai untuk menjalankan instansi publik dan membayar karyawannya, sehingga pos-pos penting terpaksa ditutup, dan bahkan tentara yang sedang bertempur di garis depan tidak akan digaji.

US Government Shutdown

 

Menurut laporan media setempat, perwakilan partai Republik di Senat gagal mencapai kesepakatan untuk menggolkan anggaran sementara, sedangkan perwakilan partai Demokrat kompak menolak proposal anggaran sementara tersebut. Voting atas anggaran sementara itupun berakhir dengan 50 mendukung dan 49 menolak, jauh dari angka 60 yang dibutuhkan untuk mengesahkannya. Pasal-pasal yang diperkarakan diantaranya terkait pendirian tembok di perbatasan Meksiko yang telah dijanjikan Presiden Donald Trump sejak masa kampanyenya -hal mana ditentang oleh Demokrat--; serta pendanaan program bantuan adaptasi bagi imigran anak-anak (DACA) yang ingin diperpanjang oleh Demokrat, tetapi ditentang Trump.

Ini bukanlah Government Shutdown pertama yang dialami Amerika Serikat. Pada kurun waktu antara 1-17 Oktober 2013, masa pemerintahan Presiden Barack Obama, AS juga pernah mengalami Shutdown akibat kegagalan partai Demokrat pendukung Obama untuk mendapatkan dukungan dari perwakilan partai Republik untuk memasukkan pendanaan bagi UU Perawatan Kesehatan Terjangkau (Affordable Care Act) yang juga terkenal dengan nama "Obamacare".

Pada saat Shutdown di era Obama, data-data ekonomi AS tak terlalu terdampak. Namun, Dolar AS tertekan terus bahkan hingga beberapa waktu setelah Shutdown diakhiri oleh disepakatinya anggaran sementara.

Belum diketahui bagaimana Shutdown kali ini akan mempengaruhi Dolar AS yang sudah terpuruk di level terendahnya sejak awal tahun 2015 di detik-detik menjelang voting Senat kemarin. Namun, menurut Kathy Lien dari BK Asset Management, "Meskipun Dolar semestinya (akan memunculkan) gap lebih rendah pada hari Minggu jika pemerintah AS benar-benar Shutdown, tetapi itu tidak akan menjadi faktor jangka panjang yang menggerakkan Dolar ke level lebih rendah."

282027
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.