EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.40/oz   |   Wall Street 37,986.22   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 16 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 16 jam lalu, #Saham AS

Emas Melandai Setelah Naik Ke Level Tertinggi Dalam 28 Bulan

Penulis

Harga emas pada sesi malam kemarin sempat menanjak ke level tinggi selama 28 bulan, tetapi pada perdagangan di sesi Asia hari ini harga emas mulai melandai karena aksi profit taking para investor.

Harga Emas melandai dan cenderung stagnan di sesi perdagangan Asia pada hari Rabu ini (03/08) setelah aksi profit taking ditengah-ditengah adanya pelonggaran kebijakan moneter global yang masih berlanjut. Saat berita ini diturunkan, XAU/USD diperdagangkan di kisaran level harga 1,363 dolar AS.

Harga Emas


Sementara itu, pada Comex New York Mercantile Exchange, harga emas futures untuk pengiriman bulan Desember mengalami penurunan tipis sebesar 0.19 persen menjadi 1,370 dolar AS per troy ons.Sedangkan harga perak futures untuk pengiriman bulan September turun sebesar 0.05 persen menjadi 20.69 dolar AS per troy ons dan harga tembaga futures untuk pengiriman bulan September berada di level harga 2.212 dolar AS per pound, naik sebesar 0.14 persen.

Selama sesi perdagangan emas hari Selasa kemarin, logam mulia tersebut membumbung tinggi lebih dari 10 dolar AS ke level tingginya dalam 28 bulan terakhir. Hal ini terjadi akibat dari turunnya dolar AS ke level rendah sejak akhir bulan Juni tahun ini karena inflasi AS masih relatif rendah. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya spekulasi bahwa the Fed tidak akan terburu-buru menaikkan tingkat suku bunganya dalam waktu dekat.

 

Rilis Data Inflasi AS

Pada hari Selasa malam lalu, Biro Analisis Ekonomi AS memapaparkan, data Personal Consumption Expenditures (PCE) di AS hanya naik sebesar 0.1 persen, dibawah ekspektasi akan adanya kenaikan sebesar 0.2 persen. Kenaikan tipis itu didorong oleh pengeluaran untuk gas, listrik dan jasa perawatan kesehatan. Selama 12 bulan terakhir ini, Indeks harga PCE telah mengalami peningkatan sebesar 0.9 persen dan indeks ini terpantau stagnan karena tidak berubah dari bulan Mei tahun lalu.

Disamping itu, indeks PCE inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi pada bulan Juni, menanjak sebesar 0.1 persen sesuai dengan estimasi konsensus, tetapi dibawah kenaikan bulanan pada bulan Mei sebesar 0.2 persen. Sedangkan secara YoY, indeks PCE inti naik 1.6 persen, tidak berubah dari level pada bulan Mei. Seperti yang sudah dinyatakan dalam hasil rapat FOMC beberapa pekan lalu bahwa tingkat inflasi AS masih relatif lemah karena indeks PCE berada di bawah target inflasi jangka panjang sebesar 2.0 persen.

 

Pidato Presiden The Fed Dallas

Selain hal tersebut, adapun Presiden the Fed Dallas, Rob Kaplan dalam pidatonya terkait dengan kebijakan moneter serta ekonomi global di Beijing menuturkan, bank sentral AS sebaiknya menaikkan tingkat suku bunganya bertahap dan disertai dengan tindakan yang tidak terburu-buru, mengingat tantangan terhadap perekonomian AS masih berlanjut.

Seperti yang sudah diketahui bahwa setiap ada kenaikan tingkat suku bunga AS akan mendorong harga emas menurun (bearish) dan harus berusaha bersaing ketat dengan aset berimbal balik bunga.

269579
Penulis

Pernah menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, jurusan Sastra Inggris konsentrasi Linguistik, Unversitas Negeri Malang. Menyukai bidang kepenulisan dan dunia penerjemahan ekonomi dan bisnis sejak tahun 2013 silam. Saat ini menjadi jurnalis di Seputarforex yang bertanggung jawab untuk menulis berita emas dunia, forex, dan saham.