EUR/USD 1.082   |   USD/JPY 151.420   |   GBP/USD 1.263   |   AUD/USD 0.653   |   Gold 2,188.79/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,252.55   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 6 jam lalu, #Saham Indonesia

Inflasi AS Melambat Di Bulan Februari Sesuai Ekspektasi

Penulis

Inflasi AS tumbuh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya, berdasarkan data CPI yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja.

Indeks Harga Konsumen AS tumbuh dalam laju moderat di bulan Februari, lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Banyak pihak menilai, kenaikan moderat Inflasi mengindikasikan trend harga konsumen akan naik secara bertahap menuju target 2 persen Fed tahun ini.

 

CPI AS Februari Di Bawah Ekspektasi

 

 

Berdasarkan data CPI yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja pada hari Selasa (13/Maret) di awal sesi New York, Indeks Harga Konsumen naik 0.2 persen bulan lalu, setelah melonjak 0.5 persen pada periode Januari. Rilis Inflasi bulan Februari tersebut sesuai dengan estimasi kenaikan 0.2 persen, yang terlukiskan dalam sebuah jajak pendapat Reuters sebelumnya. Dalam basis tahunan, CPI naik sebesar 2.2 persen, lebih tinggi dari angka 2.1 persen yang tercapai pada bulan Januari lalu.

Kenaikan serupa juga terjadi pada data Core CPI bulan Februari yang naik sebesar 0.2 persen, setelah sempat menyentuh 0.3 persen pada bulan Januari. Secara YoY, Inflasi yang tidak memperhitungkan sektor makanan dan energi itu mencatatkan kenaikan 1.8 persen.

 

Inflasi AS Tidak "Seliar" Perkiraan

Rilis data CPI Negeri Paman Sam bulan Februari oleh Departemen Tenaga Kerja malam ini menghapus dugaan sebelumnya, yang menyebut Inflasi AS mungkin akan naik terlalu cepat hingga melewati target 2 persen Fed, akibat kebijakan Presiden Trump yang diambil baru-baru ini.

Mengacu pada kondisi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang solid, The Fed hampir dapat dipastikan bakal menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 20-21 Maret mendatang. Namun, kenaikan Inflasi yang moderat memunculkan spekulasi jika Fed akan tetap pada jalur kenaikan suku bunga AS sebanyak tiga kali di tahun 2018. Padahal sebelumnya, ekonom berpendapat Fed bisa saja melakukan empat kali Rate Hike bila Inflasi naik lebih cepat.

Tren Inflasi yang tumbuh lebih lambat tidak terlepas dari beberapa faktor. Salah satunya adalah harga bahan bakar yang menurun sebesar 0.9 persen pada bulan Februari, setelah melonjak 5.7 persen di periode sebelumnya. Biaya perawatan kesehatan juga mengalami penurunan 0.1 persen, lalu diikuti oleh biaya rumah sakit yang turun 0.5 persen sepanjang bulan lalu.

282812
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.